bilik27

handsomebee

bilik27

handsomebee

bilik27

handsomebee

bilik27

handsomebee

bilik27

handsomebee

Ini Alternatif Penggunaan kata “Jangan”



Orang tua sebaiknya menghindari penggunan kata jangan. Menurut para ahli kata “jangan” dapat membuat anak ragu melangkah.

Menurut Rudicahyo yang merupakan Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, ini alasan kenapa kata ‘JANGAN’ harus dihindari penggunaannya.


Simak penjelasan Alasan kata jangan harus dihindari lebih lanjut, Alasan Jangan pada anak

Jadi apa sebaiknya yang harus kita ucapkan? Berikut beberapa alternatifnya.

Tips Parenting agar Anak Tumbuh Jadi Sosok Tangguh dan ‘Tahan Banting’



Anak yang tangguh melihat kegagalan sebagai sebuah tantangan. Bantu anak agar ia menjadi individu yang optimis dan tak gampang menyerah. Seperti dikutif dari detikhealth.com Tips Parenting agar Anak Tumbuh Jadi Sosok ‘Tahan Banting’.


“Untuk menciptakan anak yang tangguh adalah dengan memberi kesempatan anak untuk belajar mengambil risiko. Orang tua sering kali tergoda mengambil peran anak karena mereka tidak mau anaknya sakit yang merupakan risiko dari apa yang dihadapinya,” ujar psikolog anak dan remaja, Ratuh Zulhaqqi.

Terlalu membatasi anak, memberikan target-target orang tua, dan mendidik anak dengan keras ala tiger mom, menurut Ratih bukanlah solusi untuk membentuk pribadi tangguh. Pun dengan orang tua yang terlalu memanjakan anak dengan memenuhi semua yang anak mau, ketangguhan tidak akan terpupuk.

“Anak jatuh nggak apa-apa. Jadi dia bisa merasakan sakit. Dia tahu itu risikonya, sehingga nantinya kalau lari-lari dia akan lebih berhati-hati. Jadi sebaiknya kembalikan kesempatan kepada anak untuk mengambil risiko. Jangan hanya di-support saat melakukan hal positif tapi ‘dibuang’ saat melakukan hal negatif,” lanjut perempuan yang juga jadi staf pengajar di Universitas Paramadina.

Psikolog anak dan keluarga, Roslina Verauli MPsi menambahkan daya tahan anak bisa dibangkitkan dengan menyentuh perasaan paling dasarnya, yakni perasaan bahwa dia dicintai dan disayangi oleh orang tuanya. Hal ini akan menumbuhkan kepercayaan diri.

“Lalu ditumbuhkan perasaan penghayatan diri yang positif. Jadi I am, I want, I can-nya semua positif. Misal menanamkan I am a good girl. Pastikan anak bisa melakukan hal-hal sederhana untuk dirinya sendiri. Misal di usia 6 tahun anak bisa belajar memakai baju sendiri,” ujar perempuan yang akrab disapa Vera ini.

“Jangan berlebihan, baju dipakaikan, sepatu dipakaikan, padahal anak sudah besar. Itu yang bikin anak lemah. Percayalah, anak bisa melakukan sesuatu di usianya,” imbuhnya.

Selain itu, jangan pula membandingkan anak dengan orang-orang di sekitarnya dan menekannya untuk selalu menjadi yang normor satu. Yang lebih baik adalah membandingkan anak dengan diri anak itu sendiri.

“Cobalah untuk mendorong melakukan yang terbaik dengan membandingkan diri anak hari ini dengan kemarin. Kita build dia. Kalau build dengan cara membandingka dengan orang lain, pasti sedihlah,” sambung Vera.

Agar anak Menjadi anak tangguh, seperti dikutif dari ayahbunda.com, berikut stimulasi-stimulasi yang sebaiknya di berikan:

Bersikaplah optimis dalam keseharian Anda. Orangtua adalah role model anak, dia akan mengamati dan meniru perilaku Anda. Jika Anda belum bisa menerima kondisi saat ini, usahakan untuk tidak berkeluh kesah di hadapan anak. Keluhan Anda atas gagalan atau rencana yang belum tercapai akan menular pada anak.

Ikut sertakan anak dalam kompetisi atau lomba. Persaingan salah satu pola perilaku masa kanak-kanak awal. Ketika Anda melihat balita suka berlomba minum susu dengan kakaknya atau saling membandingkan tinggi badan dengan para sepupu, itu tanda perkembangan psikologis balita sehat. Tugas Anda mengarahkan agar persaingan berlangsung sehat, tanpa campur tangan orang dewasa sehingga mendorong anak meningkatkan keterampilan dan daya juangnya.

Semangati anak untuk terus mencoba. Jelaskan bahwa kegagalan bukanlah kesalahan terbesar. Anak yang tabah dan pantang menyerah akan memahami bahwa sebuah keberhasilan akan diperoleh melalui usaha yang keras dan menganggap kegagalan sebagai sebuah tantangan. Katakan padanya, “Tidak apa-apa kamu tidak menang kali ini. Besok kita coba lagi. Siapa tahu kamu bisa menang!”

Biarkan anak berusaha sendiri, jangan selalu dibantu. Beri anak kesempatan untuk mengerahkan kemampuannya untuk memupuk rasa percaya diri dan mengasah kemandiriannya. Beri contoh di awal cara menyusun balok agar tidak mudah tumbang. Setelah itu Anda dapat mengawasinya dan memberinya semangat agar berhasil melakukannya sendiri.

Hargai usahanya, meski gagal. Jangan menuntut kesempurnaan anak tetapi perhatikan proses dan kemajuan anak. Anak yang selalu ‘diteropong’ kesalahannya takkan pernah berani melakukan sesuatu. Hindari komentar negatif, “Kan, sudah diajari berkali-kali. Kok masih belum bisa?” Sebaliknya katakan, “Wah, gambarmu sudah semakin bagus. Lain kali ikut lomba lagi yuk, siapa tahu kamu menang.”

Tidak menghina hasil karyanya, karena setiap anak ingin tahu bahwa usaha yang dilakukannya bermanfaat dan menimbulkan reaksi positif dari orang-orang di sekitarnya. Apapun hasil karya anak, dia membuatnya dengan tulus dan usaha maksimal. Gambar wajah Bunda dan Ayah meski tak mirip sama sekali, katakan saja, “Terima kasih, Bunda dan Ayah tampak cantik dan ganteng.”

Ajak anak untuk mengenali dan menerima keterbatasan sekaligus kelebihan dirinya. Misalnya, ia ingin naik sepeda roda dua yang besar dan tinggi seperti punya sang kakak. Biarkan ia mencoba sambil terus didampingi dan katakan bahwa nanti ada saatnya ia bisa mengendarai sepeda macam itu, tapi tidak saat ini. Beri pengertian dan alasan yang masuk akal untuk anak. Katakan bahwa tinggi badannya belum cukup untuk menjangkau pedal sepeda dan sepeda yang berukuran besar juga berat sehingga badannya yang kecil sulit mengimbanginya.

Beri contoh melakukannya bila ia menyerah ketika mencoba sesuatu. Ajari anak mengatasi rasa kecewanya dengan membiasakan anak mencari alternatif kegiatan atau pemecahan masalah yang dihadapi. Misalnya, ia tak berhasil menggambar tokoh Angry Bird favoritnya, ajarkan ia hingga berhasil. Tunjukkan cara menjiplak gambar yang dia inginkan, tapi selanjutnya ajarkan menggambar tanpa menjiplak. Kalau anak mengeluh nggak bisa, dukunglah anak dengan “Kamu bukan tidak bisa, tetapi belum mencoba. Ayo kita coba lagi bersama,” agar rasa percaya dirinya muncul kembali.



BY SAYANGIANAK · DECEMBER 5, 2014

Dampak Terlalu Banyak Melarang Anak



Sebagaian orang tua, melarang juga diartikan sebagai disiplin. Atau orang tua takut anaknya celaka karena terlalu bebas bereksplorasi dengan lingkungannya, akhirnya orang tua banyak melarang.

Terlalu banyak melarang anak juga tidak baik. Banyak orang tua melarang anak dengan memberikan kata jangan yang sebagiknya dihindari. Alasan harus mengindari kata jangan dan alternatifnya. Atau dengan cara menakut-nakuti anak, ini loh dampaknya menakut-nakuti anak.


Berikut ini dampak terlalu banyak melarang anak

Dampak banyak Melarang Usia 0-12 Bulan: Perkembangan Terganggu

Karena tidak dapat bereksplorasi dengan lingkungannya, perkembangan bayi terganggu baik secara fisik maupun mental. Si kecil meganggap lingkungannya tidak aman. Ia takut saat hendak berekplorasin dengan benda atau barang yang di ketahuinya.
Dampak banyak Melarang Usia 1-2 Tahun: Kurang Kreatif

Anak kesulitan mendapatkan jalan keluar karena sering dilarang. Satu-satinya yang bisa dilakukan adalah meminta bantuan orang dewasa. Ia juga akan melihat orang lain terlebih dahulu.

Dampak banyak Melarang Usia 3-5 Tahun: Kurang Inspiratif

Ia baru bergerak jika ada yang menyuruh atau memberi perintah, tak ada dorongan dari diri sendiri untuk bertindak. Kurang tekun dalam mengerjakan sesuyatu sehingga mudah berhenti sebelum selesai. Kemampuan belajar dari lingkungannya juga sangat kurang. Segenap potensi yang dimilikinya pun tak dapat tergali.

Dampak banyak Melarang Usia 6-8 Tahun: Tidak Percaya diri

Karena keterampilannya kurang, anak jadi tidak percaya diri. Ia tumbuh jadi pribadi penakut dan pasif; hanya mengekor teman-temannya, tak bebas menentukan nasibnya sendiri. Kadang ia

Dampak banyak melarang Usia 9-12 Tahun: Prestasi Akademik Rendah

beberapa kemampuan dan kelebihannya terkubur begitu saja karena ia tak mampu mengasah da menepanya. Ingat, belajar kadang melalui proses trial and error atau learning by doing. Nah bagaimana anak mau mencoba kalau banyak dilarang?

Kemampuan analisanya juga berkurang karena proses belajarnya tidak optimal. Begitupula dengan kemampuannya memecahkan masalah, ia sulit mencari alternatif terbaik dari aneka persoalan yang ada. Dampaknya, prestasi akademiknya rendah.

Inilah Foto Termahal dalam Sejarah Paparazi

Apa itu paparazzi ? yaitu seseorang yang mengambil foto-foto orang terkenal atau public figure tanpa sepengetahuan orang tersebut yang kemudian akan di sebar luaskan di media-media. Terkadang ada pula yang bertujuan untuk mencari uang dengan menjual foto-foto tersebut kepada media besar atau perorangan karena memang momen publik figur tersebut jarang terlihat atau di jumpai di manapun.

Seperti salah satu photo berikut yang tercatat sebagai foto yang termahal di dalam sejarah paparazzi yaitu foto Putri Diana bersama Dodi al-Fayed dalam sebuah kapal Yacht di Sait tropes

Putri Diana bersama Dodi al-Fayed

Foto ini terjual hingga $6.000.000. Memang harganya cukup fantastis dan menjadi yang termahal dalam sejarah paparazzi karena momen kebersamaan anatara putri Diana dengan Dodi al-Fayed sangat sulit untuk di temukan.

Memang para paparazzi sering di anggap sebagai penggangu karena mereka selalu berusaha dengan keras untuk mendapatkan objek yang akan di fotonya, bahkan mereka rela untuk melaukan apapun untuk mendapatkan hasil yan sempuran. Namun tidak semuanya paparazzi itu buruk tetapi ada juga yang bermanfaat bagi publik figur itu dendiri Karen bisa membuat mereka menjadi lebih terkenal. 


sumber : http://informasikankerservik.blogspot.com

Inilah Pulau yang Paling Sulit Untuk Dikunjungi


Nyaris tak percaya, di zaman modern seperti saat ini ternyata di dunia ini masih ada orang-orang yang tidak tahu tentang internet dan telepon seluler. Suatu suku tertentu yang benar-benar tidak mengetahui peradaban modern serta tidak mau menerima kontak dari dunia luar.

Adalah suku 'Sentinelese', mereka merupakan penghuni pulau Sentinel Utara, bagian dari Kepulauan Andaman dan Nikobar di Teluk Benggala terletak di antara Myanmar dan Indonesia. Orang-orang Sentinelese begitu memusuhi kontak dari luar, maka tak heran jika pulau North-Sentinel dijuluki 'tempat yang paling sulit untuk dikunjungi' di dunia. 

Tidak peduli apakah Anda adalah teman atau musuh, apakah Anda tiba di pantai pulau itu dengan sengaja atau kebetulan karena kecelakaan, penduduk setempat akan menyambut Anda dengan cara yang sama, yaitu dengan tombak dan panah. Bahkan, sebagai buntut dari bencana tsunami yang melanda Samudera Hindia pada bulan Desember 2004, sekelompok penyelamat mengulurkan tangan untuk suku Sentinelese dalam helikopter Angkatan Laut India. Mereka ingin mencari dan membantu korban, meskipun peluang sangat tipis. 

Namun suku Sentinelese justru mencoba menjatuhkan paket makanan ke tanah, dengan permusuhan. Seorang prajurit Sentinelese satunya muncul dari hutan lebat dan menembak panah ke helikopter.

Photo: Christian Caron
Tidak banyak yang diketahui tentang rakyat suku ini, bahasa mereka adalah asing dan kebiasaan mereka tidak diketahui. Pemukiman mereka tersembunyi di hutan tebal, jadi kita tidak memiliki petunjuk tentang bagaimana mereka hidup. Diketahui bahwa Sentinelese adalah pemburu, mereka tidak bertani, bertahan hidup dengan buah-buahan, ikan, umbi-umbian, dan lain sebagainya yang ada di pulau tersebut.

foto: odditycentral.com
India memiliki kedaulatan atas Sentinel Utara, tapi entah suku Sentinelese tahu atau tidak dengan India. Setelah beberapa usaha yang gagal untuk melakukan kontak ramah dengan mereka sejak tahun 1964, pemerintah India akhirnya mundur. Semua kunjungan ke pulau itu dilarang.

foto: odditycentral.com




sumber : duniasejutawarna.blogspot.com

10 Organ Tubuh Manusia Paling Tidak Berguna

Tubuh manusia adalah hal yang sangat menakjubkan dengan banyak sekali ogan dan berbagai bagian tubuh yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan kita. Tapi pernahkah Anda membayangkan bahwa ada ternyata ada beberapa organ tubuh dalam diri Anda yang benar-benar tidak berguna? Berikut ini adalah 10 organ tubuh manusia yang paling tidak berguna alias organ paling vestigial.

10. Auricular Muscle


Anda mungkin pernah mendengar beberapa orang yang dengan percaya dirinya mengatakan bahwa mereka dapat menggerakkan telinga mereka, atau mungkin Anda termasuk di orang yang bisa melakukan hal tersebut? Jika iya, maka itu berarti Anda atau orang tersebut adalah beberapa orang yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan otot-otot di telinga Anda, tepatnya Auricular Muscle yang terkadang dikenal juga sebagai otot telinga ekstrinsik.

Sangat sering dijumpai pada binatang, biasanya mereka akan dapat menggerakkan telinga mereka ke arah sebuah suara berasal. Tapi sayangnya hingga sekarang belum jelas apakah kegunaan sebenarnya dari otot ini pada manusia selain sebagai sebuah "bakat tambahan." Beberapa orang percaya bahwa kelainan pada otot ini dapat menyebabkan kelainan bentuk telinga yang dikenal sebagai "lop ears," namun banyak juga yang percaya bahwa otot ini adalah salah satu otot yang tidak berguna.

9. Sinus



Kebanyakan dari kita mengenal nama sinus dari sebuah penyakit yang bernama Sinusitis, yaitu peradangan atau pembengkakkan pada organ-organ sinus. Sedangkan sinus sendiri adalah rongga-rongga pada tengkorak kita yang dapat dikatakan terhubung dengan hidung. Tapi sebagaimana kita sedang membahas berbagai organ tidak berguna pada tubuh manusia maka seperti perkiraan Anda, Sinus adalah salah satu organ tubuh manusia paling tidak berguna.

Para dokter tidak mengetahui banyak akan Sinus sendiri selain dari bahwa kita memiliki banyak sinus dan mereka hanya berisikan udara. Banyak asumsi muncul terkait kegunaan organ ini dimulai dari sekat mata, menghangatkan udara, hingga pengaturan volume suara, namun ironisnya mereka lebih terkenal sebagai tempat infeksi.

8. Coccyx (Tulang Ekor)



Tahukah Anda bahwa pada dasarnya Anda memiliki sebuah ekor yang dapat terlihat selagi masih janin? Dan sebagaimana jika kita mempercayai teori evolusi Darwin, maka nenek moyang kita pada awalnya juga memiliki ekor nyata. Di sinilah terlihat kegunaan dari Coccyx atau tulang ekor yang menjadi dasar pertumbuhan ekor tersebut. Ekor di mamalia memang mempunyai tugas untuk membantu keseimbangan dan pergerakan, namun pada manusia fungsi tersebut telah hilang.

Selain dari banyaknya orang yang mengatakan bahwa tulang ekor adalah salah satu bagian tubuh yang tidak berguna di manusia, beberapa lainnya mengatakan ia memiliki beberapa peran yang masih signifikan. Seperti contohnya pada saat kita duduk dengan posisi badan agak maju maka tumpuan keseimbangan akan lebih banyak terjadi di tulang ekor ini.

7. Vomeronasal Organ


Vomeronasal Organ (VNO) atau Jacobson Organ pada awalnya dipercaya berguna untuk membantu kita mencium pheromone sesama spesies namun seiring kita berevolusi, organ tersebut mejadi salah satu organ vestigial yakni organ yang tidak memiliki kegunaannya pada manusia. VNO ini sendiri terletak berdampingan dengan rongga hidung.

6. Arrector Pili



Merasa bulu kuduk Anda merinding? Jangan-Jangan itu adalah pertanda keberadaan hantu? Apapun itu, jika Anda merasakan hal ini maka itu disebabkan oleh organ yang dikenal dengan nama Arrector Pili. Arrector Pili sendiri adalah serabut-serabut sangat kecil yang terletak pada setiap pori rambut di tubuh Anda.

Arrector Pili dapat ditemukan pada beberapa mamalia termasuk manusia namun mereka hanya diketahui berguna bagi hewan yang memiliki bulu tebal yaitu untuk sekat. Sayangnya manusia sendiri tidaklah termasuk di dalamnya dan Arrector Pili ini sekarang hanya memberikan kita rasa merinding seperti bulu berdiri. Satu lagi organ tidak berguna pada tubuh kita.

5. Usus Buntu


Sudah bukan rahasia lagi bahwa usus buntu adalah salah satu organ yang sering diangkat dari tubuh manusia dalam kasus infeksi. Setelah pengangkatan selesai, tubuh kita sendiri tidak merasakan adanya gangguan walaupun telah kehilangan salah satu organnya. Inilah yang sering menjadi basis mengapa usus buntu sering disebut adalah salah satu organ paling tidak berguna pada tubuh manusia.

Pada awalnya nenek moyang kita dipercaya memiliki kebiasaan herbivora untuk memakan makanan berkualitas rendah atau tidak dimasak seperti rumput contohnya. Pada saat itu usus buntu ini memiliki kegunaan untuk membantu memproses fermentasi dan membantu pemecahan selulosa. Di manusia modern, usus buntu telah mengalami pengecilan dalam hal ukuran dan tidak memiliki bakteri yang dibutuhkan untuk memproses sebuah makanan. Selain sebagai yang organ misterius sekarang ini usus buntu hanya menjadi suatu kekhawatiran akan kemungkinan infeksi.

4. Darwin's Point


Hanya dimiliki oleh sekitar 10% populasi, Darwin's Point atau disebut juga Darwin's Tubercle adalah kondisi telinga bawaan yang dikatakan menunjukkan tanda-tanda evolusi kita. Ditandakan dengan bagian telinga yang lebih tebal pada ujung luar atas daun telinga. Sebagaimana namanya, bagian tubuh ini dipublikasikan oleh Charles Darwin sebagai pertanda keberadaan bagian tubuh tidak berguna (vestigial) yang menjadi bukti evolusi dari primata. Hingga sekarang tidak diketahui apa tepatnya kegunaan dari Darwin's Point selain dari memang salah satu bagian tubuh yang tidak berguna.

3. Gigi Bungsu



Popularnya disebut sebagai Wisdom Teeth adalah gigi geraham ketiga yang tumbuh di paling belakang gusi kita. Karena gigi bungsu ini adalah gigi geraham yang tumbuhnya paling belakangan maka apabila gusi Anda sudah penuh dan tidak memiliki ruang lagi, hal ini akan menyebabkan seseorang merasakan kesakitan saat gigi bungsu tumbuh. Dalam kasus terburuk maka gigi bungsu akan tumbuh miring yang dapat menyebabkan tertekannya saraf di mulut kita.

Jika kasus seperti itu terjadi maka dokter dapat memiliki pilihan untuk mencabut gigi bungsu atau mencabut gigi geraham agar gigi bungsu dapat memiliki ruang untuk tumbuh. Pada zaman dahulu rahang nenek moyang kita memiliki ukuran yang lebih besar sehingga pertumbuhan gigi bungsu membantu proses mengunyah, sekarang ini rahang manusia telah semakin kecil dan gigi bungsu dipandang sebagai salah satu organ tubuh manusia yang tidak berguna selain harus menjadi hal yang diwaspadai.

2. Plica Semilunaris (Kelopak Mata Ketiga)


Anda mungkin tidak tahu, tapi Anda, saya, dan kita semua ternyata memiliki kelopak mata ketiga. Plica Semilunaris atau kelopak mata ketiga ada di ujung mata dekat hidung kita. Kelopak mata ketiga ini adalah sisa-sisa dari apa yang dikenal dengan nama "membran niktitans" yang sering terlihada pada kodok namun juga ada di hewan-hewan lain seperti burung dan reptil. Tujuannya adalah menjaga mata tetap basah untuk perlindungan.

Bayangkan Anda dapat berkedip dari samping? Wah, pasti hal yang sangat mengejutkan bukan layaknya alien. Sayangnya di manusia ukurannya menjadi sangat kecil dan hampir sama sekali tidak memiliki kegunaan pada diri kita.

1. Puting Laki-Laki



Tidak hanya untuk laki-laki, pernahkah Anda baik perempuan ataupun laki-laki memikirkan apa sih tujuannya puting di laki-laki? Alasan keberadaan puting tersebut adalah karena selagi kita di rahim, pada awalnya semua janin akan dimulai perempuan baru kemudian berubah menjadi laki-laki sesuai tingkat testosterone. Namun pengetahuan akan hal ini tidak membantu mengetahui apa kegunaan dari puting laki-laki selain sebagai "dekorasi."

Dalam kasus yang sangat langka, pria juga dapat menghasilkan susu atau berlataksi namun pada kenyataanya hal itu sangatlah aneh dan sesuatu yang tidak patut dibanggakan. "Punya susu?" "Ya, saya punya" Bagaimanapun, Anda pasti sudah dapat gambarannya. Jadi inilah alasannya mengapa puting laki-laki ada di daftar teratas dari bagian tubuh manusia yang paling tidak berguna.

sumber : tahupedia.com

Manfaat Luar Biasa Buah Jengkol Untuk Kesehatan Tubuh

Buah jengkol di beberapa tempat di indonesia merupakan salah satu makanan favourite yang di hidangkan sebagai menu utama, jengkol bisa di sajikan dalam bentuk lalapan ataupun dalam bentuk sayuran, selain itu jengkol juga sudah di populerkan dalam bentuk cemilan yang berupa kerupuk jengkol. Tahukah anda di samping aroma yang tajam, Ternyata jengkol memiliki manfaat yang luar biasa bagi kesehatan. Namun perlu di waspadai bagi penderita ganguan ginjal untuk tidak mengkonsumsi jengkol, selain itu mengkonsumsi jengkol agar menggunakan batasan- batasan tertentu yang tujuanya untuk terhindar dari asam jengkolan yaitu dengan mengkonsumsi sebanyak 3 sampai 10 gram/ hari akan baik bagi kesehatan.


Buah Jengkol

Tips untuk anda yang tidak begitu suka dengan buah jengkol karena baunya, ada sebuah trik sederhana untuk menghilangkan aroma tajam tersebut yaitu dengan cara merendam semalaman menggunakan air kapur untuk keesokan harinya bisa anda olah menjadi sebuah hidangan. Anda juga dapat menambahkan irisan daun jeruk ke dalam maskan untuk mengurangi bau jengkol tersebut, Berikutnya jika anda sudah mengkonsumsi dan terasa kurang percaya diri saat berbincang dengan lawan bicara anda, silahkan minum seduhan kopi pahit tanpa gula untuk menetralisir aroma yang keluar dari mulut.

Apa saja manfaat jengkol untuk kesehatan anda?

Jengkol memiliki protein yang cukup tinggi, bahkan hebatnya lagi kandungan protein dalam buah jengkol melebihi angka protein dalam kandungan kacang kedelai dan kacang hijau
Jengkol memiliki kandungan zat besi , di mana zat besi di butuhkan untuk mengatasi kekurangan produksi dan pembentukan sel darah merah, sehingga jika wanita saat datang bulan di wajibkan untuk mengkonsumsi jengkol agar tidak terkena anemia atau kekurangan darah.
Jengkol memiliki kandungan kalsium dan fospor yang berfungsi untuk mencegah osteoporosis (tulang keropos) serta untuk kekuatan gigi dan tulang anda.
Jengkol memiliki kandungan fitamin yang lengkap di antaranya fitamin A, B1 dan B2 serta C yang dapat membantu kesehatan mata serta dapat mengusir radikal bebas dalam tubuh, serta jengkol mengandung mineral yang dapat memicu keluarnya urine/ Air kencing. Namun kembali lagi ke atas bagi penderita gangguan ginjal agar tidak mengkonsumsi jengkol.

Cara Mengetahui Seseorang Sedang Berbohong Pada Anda

Tahukah Anda bahwa statistik menunjukkan 60 persen orang akan menceritakan sebuah kebohongan setiap 10 menit percakapannya? Walaupun terkadang ketidaktahuan adalah sebuah berkah namun pada umumnya kita semua tentu ingin tahu saat seseorang sedang berbohong atau tidak. Berikut cara-cara mengetahui saat seseorang sedang menceritakan kebohongan ke diri Anda.

Mengalihkan Pandangan


Beberapa dari Anda pasti sudah pernah mendengar atau bahkan melihat secara langsung bagaimana seseorang yang sedang berbohong terkadang mengalihkan pandangan dari lawan bicara mereka. Beberapa berargumen bahwa hal ini hanyalah sekedar mitos namun banyak juga yang percaya bahwa hal ini adalah benar apa adanya, jadi tidak ada salahnya kita mengetahui cara mendeteksi kebohongan satu ini bukan?

Saat seorang pembohong sedang berbicara, ia akan secara tidak sadar mengalihkan perhatian dari lawan bicaranya biasanya dengan melihat ke atas kanan atau atas kiri apabila ia bertangan kidal, namun juga bisa hanya dengan sekedar mengalihkan pandangan mereka.

Kedipan Mata



Berkedip adalah salah satu refleks manusia yang tidak bisa dihindari dan selalu dilakukan setiap beberapa detik. Jadi apabila seseorang sama sekali tidak berkedip atau hanya berkedip sedikit sekali selama ia berbicara, maka Anda boleh mempertanyakan apakah ia sedang berbohong atau tidak. Berlaku kebalikannya, mereka yang saat berbicara, berkedip terlalu berlebihan juga memiliki kemungkinan bahwa mereka sedang menceritakan sebuah kebohongan.

Menutupi Mata atau Mulut



Sebuah buku "Spy The Lie", oleh seorang mantan ahli deteksi kebohongan CIA, Philip Houston menunjukkan bahwa salah satu cara mengetahui apakah seseorang sedang berbohong ke Anda atau tidak adalah dengan melihat apakah ia menyembunyikan mata atau mulutnya. Hal ini karena kebiasaan dimana setiap orang ingin menutupi kebohongan yang mereka ceritakan.

Jadi apabila tangan mereka menutupi sebagian mulut mereka saat menjawab sebuah pertanyaan, itu adalah poin tersendiri. Hal yang serupa juga dilakukan terhadap mata mereka dengan tujuan dasar agar mereka tidak perlu melihat respon lawan bicara mereka saat berbohong. Menutupi mata mereka dapat dilakukan dengan tangan atau sekedar tutup mata namun harus dibedakan dengan berkedip.

Pergerakan Tangan


Jika Anda ingin mengetahui apakah lawan bicara Anda sedang bohong atau tidak maka selalu perhatikan apa yang dilakukan lawan bicara Anda dengan muka atau daerah kepalanya. Walaupun sulit untuk diterapkan kepada orang dengan karakter visual, namun mereka yang sedang berbohong pada umumnya akan memiliki pergerakan tangan yang sangat aktif dan juga terkaitkan atas wajah atau daerah kepala mereka.

Beberapa contohnya adalah menggigit atau menjilat sebagian bibir mereka, memainkan rambut, menutupi leher, atau juga memainkan bibir dan telinga mereka dengan tangan. Yang paling signifikan di sini adalah apabila mereka memainkan bibir atau telinga mereka. Jika iya maka wah ada kemungkinan besar Anda sedang dibohongi lawan bicara Anda.

Komunikasi


Memperhatikan bagian tubuh memang adalah hal yang sangat penting sebagai tanda-tanda seseorang berbohong namun hal ini juga mencakup bagaimana lawan bicara Anda berkomunikasi. Mereka yang sedang berbohong akan secara tidak sadar memberikan sebuah penekanan saat mereka berbicara, hal itu biasanya ditandai dengan suara yang sekilas lebih keras dibandingkan bagian lain percakapannya.

Masih terkait dengan bagaimana seorang pembohong berkomunikasi, mereka yang menceritakan sebuah kebohongan terkadang dapat diketahui dengan berbicara dalam tempo yang lambat. Tempo yang lambat tersebut menandakan bahwa mereka sedang merekayasa skenario atau cerita yang bohong.

Topik Yang Dibicarakan



Berbohong berarti merekayasakan sebuah hal yang pada kenyataannya tidak pernah terjadi dan semuanya ada di dalam pikiran si pembohong. Kecuali jika lawan bicara Anda adalah seorang pembohong profesional maka biasanya rekayasa atau kebohongan yang mereka ceritakan tidak akan memiliki detail yang spesifik. Jika Anda ingin mengetahui apakah lawan bicara Anda sedang berbohong ke Anda, coba tanyakan cerita mereka dalam sebuah detail yang lebih spesifik maka kebohongan si pembohong mereka akan terkuak.

Alternatifnya, para pembohong juga akan memiliki kesulitan dalam menceritakan kebohongan apabila mereka harus bercerita dalam kronologis yang terbalik atau tidak dari awal. Hal ini karena mereka terbiasa menceritakan kebohongan yang mereka ceritakan dari awal bukan sebaliknya.

Senyum Palsu



Senyum asli dan senyum palsu bukanlah suatu kebohongan yang berarti namun mereka dapat memberitahukan perasaan asli seseorang. Karena senyum yang asli melibatkan banyak otot di wajah Anda, tersenyum adalah salah satu hal sehat paling sederhana yang dapat Anda lakukan. Namun beda halnya dengan senyum palsu atau senyum "sopan." Senyum yang palsu tidak akan melibatkan banyak pergerakan di wajah Anda, melainkan hanya pergerakan mulut mereka.

Hal termudah adalah dengan melihat bagian mata seseorang yang sedang tersenyum. Senyum yang asli akan membuat seseorang secara tidak sadar membuat mata mereka tampak lebih kecil, namun senyum yang palsu tidak. Hanya ada sedikit sekali orang di dunia yang dapat memanipulasi daerah tersebut.

Merasa sudah cukup yakin dapat membedakan orang yang berbohong atau tidak? Cobalah quiz deteksi kebohongan The New York Times ini.

--

Ingatlah bahwa cara-cara di atas memang dapat secara umum memberitahukan apakah seseorang sedang berbohong atau tidak, tapi semua cara di atas bukanlah ilmu pasti. Bahkan orang yang sudah sangat ahli saja tidak dapat dengan 100% yakin bahwa seseorang sedang berbohong, bisa saja perilaku di atas memang sudah menjadi kebiasaan mereka dalam berkomunikasi.


sumber : tahupedia.com

Kekurangan Bukan Halangan

"Pengembangan dimulai pada saat kita mulai menerima kekurangan kita" - Jean Vanier

Dear Agan n Aganwati,

Kekurangan bukanlah penghalang meraih sukses. Jangan batasi pikiran dan kemampuan Anda dengan kekurangan diri. Bila kita melangkah dan berusaha disertai iman kepada Allah, percayalah bahwa tak ada yang tak mungkin.

Banyak orang yang cacat, tetapi mereka berhasil membuktikan bahwa kekurangan bukanlah penghalangan untuk sukses.

Salah satunya adalah Hee Ah Hee, pianis Korea berbakat kelahiran tahun 1985. Ia terlahir hanya memiliki 4 jari, masing-masing 2 jari pada tangan kiri dan 2 jari pada tangan kanannya. Ia menderita lobster claw syndrome, jari yang bengkok menyerupai lobster.

Sewaktu Hee Ah Hee duduk di bangku TK, ibunya memutuskan agar ia belajar piano supaya jari-jarinya kuat dan dapat memegang pinsil untuk menulis. Awalnya ketika baru 3 bulan belajar, ia dikeluarkan karena guru sekolahnya tak sanggup mengajarnya. Tapi perjuangan ibunya dan Hee Ah Hee membuahkan hasil. Satu tahun kemudian, ia sudah menunjukan kebolehannya dengan memenangkan kejuaraan piano di TK-nya.

Prestasi itu diikuti dengan kemenangannya sebagai juara pertama piano untuk anak-anak cacat di usianya yang ke-7. Presiden Korea sendiri yang memberi penghargaan tersebut. Kini, Hee Ah Hee telah menggelar ratusan konser di seluruh dunia, termasuk Indonesia.


Agan n Aganwati, tidak ada yang tidak mungkin sepanjang kita ada kemauan dan berusaha, penuh ketekunan dan pantang menyerah dalam mencapai mimpi!

by : Anne Ahira

Percaya Pada Kekuatan Mimpi

"Masa depan adalah milik siapa yang percaya pada keindahan mimpi mereka"

Dear Agan n Aganwati,

Mimpi bukanlah milik orang-orang besar saja atau orang-orang yang Anda anggap sudah ditakdirkan sukses.

Mimpi bisa diraih siapa saja. Dimulai dari terwujudnya sebuah mimpi kecil. Anda pun menjadi percaya, mimpi besar pun dapat Anda raih. Semuanya dimulai dari keberanian bermimpi dan mempercayai mimpi.


Seperti seorang teman, ia sebenarnya karyawan biasa yang sudah lama memimpikan pergi ke Italy, karena ia adalah fans tim sepakbola Italy dan makanan Italy. Jika dihitung secara matematis, gajinya tidak mencukupi untuk membayar tiket pesawat dan akomodasi di sana. Tabungannya juga tidak cukup sebagai jaminan untuk keluarnya visa dari kedutaan Italy. Tapi inilah kekuatan mimpi.

Siapa sangka, seorang kenalannya tahun lalu mengajak ia menjadi seorang pembimbing summer camp anak-anak Indonesia di musim liburan ini. Negaranya boleh ia pilih sendiri. Dan tentu saja,negara pilihan pertamanya adalah Italy.

Setelah melalui proses wawancara dan menunggu selama 1 tahun karena penuhnya posisi tersebut, ia pun diterima sebagai pembimbing. Ia pun terbang dan tinggal selama 1 bulan di Italy, tanpa perlu mengeluarkan biaya, malah mendapatkan uang saku!

Agan n Aganwati, percayalah pada kekuatan mimpi. Kalau mimpi Anda saat ini belum terwujud, jangan menyerah! Segila apapun itu, tetaplah percaya mimpi Anda pasti akan menjadi kenyataan, cepat atau lambat!


by : Anne Ahira

Menyikapi Masalah

Seorang pria muda datang pada ibunya dan mengeluh soal banyak permasalahan dalam kehidupannya yang sedang ia hadapi.. Namun betapa kecewanya dia karena ternyata ibunya diam saja seolah tidak ingin mendengarkan (dicuekin)......
Bahkan sang ibu kemudian malah masuk ke dapur, sementara anaknya terus bercerita dan mengikutinya.

Sang ibu lalu memasak air. Setelah sekian lama, air mendidih sang ibu menuangkan 'Air Panas Mendidih' itu ke dalam 3 gelas yang telah disiapkan.
Di gelas pertama ia masukkan TELUR, di gelas kedua, ia masukkan WORTEL, dan di gelas ketiga, ia masukkan KOPI.

Setelah menunggu beberapa saat, ia mengangkat isi ketiga gelas tadi, dan hasilnya :

• WORTEL yang KERAS menjadi LUNAK,
• TELUR yang mudah PECAH menjadi KERAS, dan
• KOPI menghasilkan aroma yang HARUM.

Lalu sang ibu menjelaskan : “Nak..... MASALAH DALAM HIDUP ITU BAGAIKAN AIR MENDIDIH. Namun, bagaimana sikap kita lah yang akan menentukan dampaknya. Kita bisa menjadi Lembek seperti Wortel, mengeras seperti Telur, atau harum seperti Kopi. Jadi, wortel dan telur bukan mempengaruhi air, mereka malah berubah karena air, sementara KOPI malah mengubah AIR, membuatnya menjadi Harum.”

Dalam tiap masalah, selalu tersimpan Mutiara Iman yang berharga. Sangat mudah untuk bersyukur saat keadaan baik-baik saja. Tapi apakah kita dapat tetap percaya saat pertolongan ALLAH seolah tidak kunjung datang?

Hari ini kita belajar ada 3 reaksi orang saat masalah datang :

• Ada yang menjadi lembek, suka mengeluh, dan mengasihani diri sendiri.
• Ada yang mengeras, marah dan berontak kepada Tuhannya...
• Ada juga yang justru semakin harum, menjadi semakin kuat dan percaya padaNYA.

Ada kalanya ALLAH sengaja menunda pertolonganNYA. Apa tujuannya? Agar kita belajar percaya dan setia! Karena tidak pernah ada masalah yang tidak bisa ALLAH selesaikan.

TELINGA KITA SEUMUR HIDUP TAK PERLU DIBERSIHKAN

SEUMUR HIDUP TAK PERLU DIBERSIHKAN

Beberapa bulan yang lalu saya mengalami kejadian yang tak disangka-sangka. Lebih tepatnya yang mengalaminya anak dari adiknya kakek saya yang kini sudah meninggal. Awal penyebab meninggalnya simpel, dia punya kebiasaan “ngileni” atau mengorek telinga dengan ujung bulu ayam. Kebiasaan yang seolah-olah tak berbahaya sama sekali.


KRONOLOGINYA

Awalnya, paman saya hanya merasakan sakit di salah satu telinganya hingga tak tahan. Bukan karena sakitnya, tapi risih dengan rasa sakit kecil yang dirasakan berhari-hari. Dia diperiksakan ke dokter umum dan sakitnya hilang. Dua minggu kemudian, sakitnya timbul lagi. Kali ini harus dirawta oleh dokter spesialis THT dan harus menjalani perawatan pembersihan telinga seminggu dua kali. Karena menyepelekan nasehat dokter, paman saya enggan periksa setelah perawatan kedua. Ia merasa sudah sehat dan tak merasakan sakit lagi. Dua minggu kemudian, tiba-tiba ia pingsan selama beberapa menit dan setelah sadar ia tak bisa diajak berkomunikasi selama beberapa jam.

Pada hari itu juga, paman dibawa ke RS di Klaten dan harus menjalani rawat inap. Kondisinya memburuk dan harus dirujuk ke RS di Jogja yang peralatannya lebih lengkap. Setelah diperiksa dokter, diputuskan harus dioperasi otaknya karena “kuman” infeksi dari telinga itu sudah masuk ke otak. Persiapan operasi itu diperkirakan butuh waktu satu bulan, namun baru dua minggu dirawat paman sudah tak tertolong dan akhirnya meninggal.

Dari pengalaman buruk itu, saya mencari-cari informasi, apakah benar mengorek telinga bisa menyebabkan infeksi dan infeksinya bisa menjalar ke otak. Dan inilah info yang saya dapatkan.


SUSUNAN TELINGA

Telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan keseimbangan. Agar kedua fungsi tersebut berjalan, telinga harus dijaga. Sayang, banyak orang yang kadung salah dalam hal menjaga kebersihan telinga. Misalnya, mengorek telinga.

Telinga terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam. Ketiga bagian ini bekerjasama menangkap gelombang suara dan menjadikannya bunyi yang nyata. Awalnya, gelombang suara diterima oleh telinga luar. Telinga luar sendiri terdiri dari daun dan liang telinga. Daun telinga menampung suara, yang kemudian disalurkan ke liang telinga. Dari liang telinga, suara kemudian masuk ke telinga tengah melalui gendang telinga. Di belakang gendang telinga, terdapat tulang pendengaran yang bentuknya menyerupai rantai. Tulang-tulang ini saling berhubungan pada sendi dan berfungsi mengantarkan gelombang suara hingga menggetarkan gendang dan sampai ke telinga dalam.

Di telinga dalam terdapat alat penerima yang disebut rumah siput. Di dalam rumah siput terdapat ujung-ujung saraf, cairan, dan organ yang mengambang. Gelombang suara yang diantarkan gendang dan tulang telinga akan menggetarkan cairan dalam rumah siput, sehingga membuat organ yang mengambang bergerak dan menyentuh ujung-ujung saraf pendengaran. Proses yang tadinya menggunakan tenaga mekanik kemudian diubah menjadi tenaga listrik, dan disampaikan ke otak sehingga kita mendengar suara.

Sementara sebagai alat keseimbangan, prosesnya lebih kompleks. Proses terjadi di telinga dalam. Telinga bekerjasama dengan organ lain seperti mata, sendi-sendi, otak dan lainnya. Jika ada dua organ yang tidak berfungsi, maka keseimbangan kita pun akan hilang.


BAHAYA MENGOREK


Bentuk telinga dirancang untuk mengantisipasi masuknya kotoran. Liang telinga yang bersudut membuat kotoran, seperti debu atau serangga, sulit menembus bagian yang lebih dalam. Tugas menghalau kotoran juga dilakukan kelenjar rambut yang terdapat di bagian depan setelah liang telinga. Di sini juga diproduksi getah telinga yang bernama serumen. Kita lebih mengenalnya sebagai tai telinga atau getah. Tai telinga inilah yang akan menangkap kotoran dan dengan sendirinya membersihkannya.

Orang sering salah kaprah menyangka tai telinga sebagai kotoran. Padahal, fungsinya sangat penting untuk membersihkan kotoran yang masuk. Secara alamaiah, kotoran yang masuk akan kering dan keluar sendiri. Tai telinga tidak usah dibuang, kecuali jika menggumpal dan menyumbat liang telinga sehingga menghalangi masuknya gelombang suara ke telinga dalam. Lagipula, tak banyak kasus orang yang mengalami penggumpalan getah ini.

Dalam kadar normal, tai telinga hanya menutupi permukaan dinding telinga. Jika dibersihkan, getah akan diproduksi lagi. Maka, telinga sebaiknya tidak dibersihkan dengan cara dikorek. Cukup bersihkan bagian luar saja, yaitu daun dan muara liang telinga. Bagian lebih dalam dari itu, seumur hidup pun tak perlu dibersihkan.

Salah satu yang sering dilakukan orang adalah mengorek telinga. Tak banyak yang tahu, mengorek telinga justru akan mengakibatkan terdorongnya getah telinga ke bagian yang lebih dalam yang bukan tempatnya. Jika getah ini dibersihkan, maka getah akan diproduksi lagi. Jika pengorekan dilakukan terus-menerus, getah yang

terdorong akan menumpuk dan menyumbat, sehingga pendengaran pun menurun karena gelombang suara tak bisa disalurkan dengan baik.

Mengorek telinga juga bisa mengakibatkan perbenturan sebab telinga kita bentuknya bersudut. Perbenturan ini akan mengakibatkan pembengkakan atau perdarahan. Pengorekan yang terlalu keras atau dalam juga bisa mengakibatkan trauma, ditambah dinding telinga kita mudah berdarah.

Masih ada lagi, mengorek telinga juga bisa bikin kolaps. Anda mungkin pernah mengalami batuk-batuk saat mengorek kuping. Nah, hal ini disebabkan adanya refleks saraf pagus yang terdapat di dinding telinga. Saraf pagus membentang ke tenggorokan, dada sampai perut. Batuk-batuk adalah refleks yang ringan. Refleks yang berat dan berbahaya bisa mengakibatkan kolaps.


MUKA TAK SIMETRIS

Mengorek telinga juga bisa menyebabkan infeksi. Infeksi yang berat dan berada di tempat yang sensitif bisa menyebabkan kualitas pendengaran menurun, bahkan membuat muka jadi mencong (tak simetris).

Salah satu saraf yang terdapat di telinga adalah saraf facialis. Saraf ini berada di belakang liang telinga. Fungsinya menggerakkan otot muka dan sebagai bagian yang menunjang pendengaran. Meski saraf ini dilindungi tulang, namun jika infeksi atau gangguan lain sudah mengenainya, maka bisa mengakibatkan muka menjadi mencong, mata tak bisa ditutup, dan lainnya, yang disebut kelumpuhan saraf facialis.

Infeksi akibat mengorek terlalu keras bisa berbentuk seperti bisul yang bernanah. Infeksi bisa terjadi di liang telinga, kelenjar rambut, bahkan sampai ke bagian telinga tengah di belakang gendang. Selain karena mengorek, infeksi telinga tengah yang disebut congek bisa pula disebabkan oleh adanya infeksi di saluran nafas, yang berasal dari belakang hidung lalu merambat ke saluran tuba eskafius yang menghubungkan rongga di belakang hidung dengan telinga tengah. Jika produksi nanah semakin banyak, maka gendang bisa pecah atau bocor. Akibat selanjutnya, pendengaran akan terganggu.

Di dalam telinga terdapat banyak sekali saraf. Itulah kenapa telinga sangat sensitif. Ketika kita sakit amandel, sakit gigi atau radang tenggorokan, telinga juga terasa sakit, karena telinga kita dilalui saraf perasa. Saraf ini akan mengalihkan rasa sakit di daerah lain sampai ke telinga.


HINDARI MUSIK KERAS

Banyak hal bisa menjadi penyebab menurunnya kualitas pendengaran. Dalam gangguan taraf ringan, orang hanya akan mampu mendengar bunyi dengan kapasitas 25 – 40 desibel saja, taraf sedang 40 – 60 desibel, dan jika lebih dari 60 desibel berarti berada dalam taraf berat.

Kita sering merasa tak pernah mendengarkan musik keras-keras. Namun punya kebiasaan mendengarkan musik dari HP atau MP3 player dengan headset atau earphone. Sekalipun alat itu kecil, karena penggunaannya yang ditempelkan di telinga menyebabkan tingkat kekerasan suaranya mengalahkan suara bising kereta api. Kerusakan penurunan pendengaran karena hal ini bersifat permanen dan tak bisa disembuhkan.

Penyebabnya beraneka ragam, mulai kelainan di telinga luar hingga dalam. Kelainan di telinga luar bisa disebabkan adanya penyumbatan oleh getah telinga, benda asing, bisul, atau tumor. Gangguan di telinga tengah seperti gendang pecah, perdarahan akibat benturan pada kecelakaan, terputusnya rantai tulang pendengaran atau keluarnya cairan karena alergi.

Sementara di telinga dalam, gangguan berupa “pingsan” atau matinya sel rambut yang mengubah getaran mekanik jadi listrik lalu menyampaikannya ke otak. “Pingsan” atau matinya sel rambut disebabkan trauma bising, misalnya mendengar terlalu lama dan sering bunyi-bunyian yang amat keras, infeksi yang menjalar dari telinga tengah atau karena keracunan obat. Melalui peredaran darah, racun dari obat bisa sampai ke telinga dalam.

Penyakit seperti darah tinggi dan diabetes juga bisa mengurangi pendengaran. Pasalnya, penyakit ini bisa sebabkan rusaknya pembuluh darah. Akibatnya, telinga dalam sebagai terminal tak mendapat makanan yang cukup,” ujar Darnila. Sejumlah makanan juga bisa menyebabkan penurunan pendengaran jika menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Contohnya garam, lemak dan rokok. Turunnya pendengaran karena darah tinggi, diabetes dan keracunan obat bisa menyerang dua belah telinga. Sementara penyebab lainnya hanya menyerang telinga yang mengalami gangguan. Perlu diingat, gangguan di satu telinga tidak menjalar ke telinga yang lain.

Kebanyakan gangguan yang terjadi di telinga luar dan telinga tengah bisa diatasi. Sedangkan jika mengenai telinga dalam agak sulit. Kalau sel rambut di telinga dalam hanya “pingsan”, misalnya akibat mendengarkan musik disko selama dua jam saja, maka pendengaran akan kembali setelah beberapa lama menghindar musik keras ini. Namun, jika terlalu sering mendengar musik atau bunyi-bunyian yang amat keras, bisa saja sel rambut itu patah dan akhirnya kualitas pendengaran rusak berat. Umumnya hal ini tak bisa diperbaiki. 

Pendengaran menurun yang permanen juga bisa ditemukan pada bayi dengan kelainan bawaan. Biasanya pada mereka bisa dilakukan tes refleks. Tes ini bisa dilakukan oleh orang tua yang merasa curiga anaknya tidak bisa mendengar. Caranya dengan membunyikan sesuatu di tempat tersembunyi, yang tidak bisa lihat matanya. Lihat saja, apakah saat mendengar bunyi ia langsung memberi respon atau tidak?


(Dari berbagai sumber)

Jangan Melakukan 37 Aktifitas Ini Untuk Mendidik Anak






Menikah kemudian dikaruniai amanah putra atau putri oleh Allah adalah sebuah kebahagian yang sangat luar biasa, namun tidak sedikit bagi para orang tua kurang berhati-hati dalam mendidik buah hatinya. Tanpa terasa cara mendidik yang dilakukan orang tua akan berpengaruh negatif kepada diri anak.

Berikut 37 kebiasaan orang tua dalam mendidik anak yang dapat menghasilkan perilaku buruk pada anak


1. Raja yang Tak Pernah Salah

Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan tidak jarang tanpa sengaja mereka menabrak kursi atau meja. Lalu mereka menangis. Umumnya, yang dilakukan oleh orang tua supaya tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi atau meja yang tanpa sengaja mereka tabrak. Sambil mengatakan, “Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi/mejanya…sudah cup….cup…diem ya..Akhirnya si anak pun terdiam.


Ketika proses pemukulan terhadap benda benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak kita bahwa ia tidak pernah bersalah.


Yang salah orang atau benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya, setiap ia mengalami suatu peristiwa dan terjadi suatu kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah orang lain, dan dirinya selalu benar. Akibat lebih lanjut, yang pantas untuk diberi peringatan sanksi, atau hukuman adalah orang lain yang tidak melakukan suatu kekeliruan atau kesalahan.


Kita sebagai orang tua baru menyadari hal tersebut ketika si anak sudah mulai melawan pada kita. Perilaku melawan ini terbangun sejak kecil karena tanpa sadar kita telah mengajarkan untuk tidak pernah merasa bersalah.

Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika si anak yang baru berjalan menabrak sesuatu sehingga membuatnya menangis?
Yang sebaiknya kita lakukan adalah ajarilah ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit): ” Sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu supaya tidak membentur lagi.”


2. Berbohong Kecil, Berbohong pada Anak

Awalnya anak-anak kita adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata orang tuanya, Mengapa? KArena mereka percaya sepenuhnya pada orang tuanya. Namun, ketika anak beranjak besar, ia sudah tidak menuruti perkataan atau permintaan kita? Apa yang terjadi? Apakah anak kita sudah tidak percaya lagi dengan perkataan atau ucapan-ucapan kita lagi?


Tanpa sadar kita sebagai orang tua setiap hari sering membohongi anak untuk menghindari keinginannya. Salah satu contoh pada saat kita terburu-buru pergi ke kantor di pagi hari, anak kita meminta ikut atau mengajak berkeliling perumahan. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur? Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengalihkan perhatian si kecil ke tempat lain, setelah itu kita buru-buru pergi? Atau yang ekstrem kita mengatakan, “Papa/Mama hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya, sebentaaar saja ya, Sayang.” Tapi ternyata, kita pulang malam. Contah lain yang sering kita lakukan ketika kita sedang menyuapi makan anak kita, “Kalo maemnya susah, nanti Papa?Mama tidak ajak jalan-jalan loh.” Padahal secara logika antara jalan-jalan dan cara/pola makan anak, tidak ada hubungannya sama sekali.


Dari beberapa contah di atas, jika kita berbohong ringan atau sering kita istilahkan “bohong kecil”, dampaknya ternyata besar. Anak tidak percaya lagi dengan kita sebagai orang tua. Anak tidak dapat membedakan pernyataan kita yang bisa dipercaya atau tidak. akibat lebih lanjut, anak menganggap semua yang diucapkan oleh orang tuanya itu selalu bohong, anak mulai tidak menuruti segala perkataan kita.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Berkatalah dengan jujur kepada anak. Ungkapkan dengan penuh kasih dan pengertian:

“Sayang, Papa/Mama mau pergi ke kantor. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo Papa/Mama ke kebun binatang, kamu bisa ikut.”


Kita tak perlu merasa khawatir dan menjadi terburu-buru dengan keadaan ini. Pastinya membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak karena biasanya mereka menangis. Anak menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Kita harus bersabar dan lakukan pengertian kepada mereka secara terus menerus. Perlahan anak akan memahami keadaan mengapa orang tuanya selalu pergi di pagi hari dan bila pergi bekerja, anak tidak bisa ikut. Sebaliknya bila pergi ke tempat selain kantor, anak pasti diajak orang tuanya. Pastikan kita selalu jujur dalam mengatakan sesuatu. Anak akan mampu memahami dan menuruti apa yang kita katakan.


3. Banyak Mengancam

“Adik, jangan naik ke atas meja! nanti jatuh dan nggak ada yang mau menolong!”
“Jangan ganggu adik, nanti Mama/Papa marah!”


Mengancam Anak

Dari sisi anak pernyataan yang sifatnya melarang atau perintah dan dilakukan dengan cara berteriak tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa kita menghentikan suatu aktivitas, pernyataan itu sudah termasuk ancaman. Terlebih ada kalimat tambahan “….nanti Mama/Papa marah!”


Seorang anak adalah makhluk yang sangat pandai dalam mempelajari pola orang tuanya; dia tidak hanya bisa mengetahui pola orang tuanya mendidik, tapi dapat membelokkan pola atau malah mengendalikan pola orang tuanya. Hal ini terjadi bila kita sering menggunakan ancaman dengan kata-kata,namun setelah itu tidak ada tindak lanjut atau mungkin kita sudah lupa dengan ancaman-ancaman yang pernah kita ucapkan


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Kita tidak perlu berteriak-teriak seperti itu. Dekati si anak, hadapkan seluruh tubuh dan perhatian kita padanya. tatap matanya dengan lembut, namum perlihatkan ekspresi kita tidak senang dengan tindakan yang mereka lakukan. Sikap itu juga dipertegas dengan kata-kata, “Sayang, Papa/Mama mohon supaya kamu boleh meminjamkan mainan ini pada adikmu. Papa/Mama akan makin sayang sama kamu.” Tidak perlu dengan ancaman atau teriaka-teriakan. Atau kita bisa juga menyatakan suatu pernyataan yang menjelaskan suatu konsekuensi, misal “Sayang, bila kamu tidak meminjamkan mainan in ke adikmu,Papa/Mama akan menyimpan mainan ini dan kalian berdua tidak bisa bermain. MAinan akan Papa/Mama keluarkan, bila kamu mau pinjamkan mainan itu ke adikmu. Tepati pernyataan kita dengan tindakan.



4. Bicara Tidak Tepat Sasaran, Bicara tepat sasaran

Pernahkah kita menghardik anak dengan kalimat seperti, “Papa/Mama tidak suka bila kamu begini/begitu!” atau “Papa/Mama tidak mau kamu berbuat seperti itu lagi!” Namun kita lupa menjelaskan secara rinci dan dengan baik, hal2 atau tindakan apa saja yang kita inginkan. Anak tidak pernah tahu apa yang diinginkan atai dibutuhkan oleh orang tuanya dalam hal berperilaku. Akibatnya anak terus mencoba sesuatu yang baru.


Dari sekian banyak percobaan yang dilakukannya, ternyata selalu dikatakan salah oleh orang tuanya. Hal ini mengakibatkan mereka berbalik untuk dengan sengaja melakukan hal2 yang tidak disukai orang tuanya. Tujuannya untuk mrmbuat orang tuanya kesal sebagia bentuk kekesalan yang juga ia alami (tindakannya selalu salah di hadapan orang tua).

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Sampaikanlah hal2 atau tindakan2 yang kita inginkan atau butuhkan pada saat kita menegur mereka terhadap perilaku atau hal yang tidak kita sukai.Komnikasikan secara intensif hal atau perilaku yang kita inginkan atau butuhkan. Dan pada waktunya, ketika mereka sudah megalami dan melakukan segala hal atau perilaku yang kita inginkan atau butuhkan , ucapkanlah terimakasih dengan tulus dan penuh kasih sayang atas segala usahanya untuk berubah.

5. Menekankan pada Hal-hal yang salah

Kebiasaan ini hampir sama dengan kebiasaan di atas. Banyak orang tua yang sering mengeluhkan tentang anak2nya tidak akur, suka bertengkar. Pada saat anak kita bertengkar, perhatian kita tertuju pada mereka, kita mencoba melerai atau bahkan memarahi. Tapi apakah kita sebagai orang tua memperhatikan mereka pada saat mereka bermain dengan akur? Kita seringkali menganggapnya tidak perlu menyapa mereka karena mereka sedang akur. Pemikiran tersebut keliru, karena hak itu akan memicu mereka untuk bertengkar agar bisa menarik perhatian orang tuanya,

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Berilah pujian setiap kali mereka bermain sengan asyik dan rukun, setiap kali mereka berbagi di antara mereka dengan kalimat sederhana dan mudah dipahami, misal: ”Nah, gitu donk kalau main. Yang rukun.” Peluklah mereka sebagai ungkapan senang dan sayang.

6. Merendahkan Diri Sendiri

Apa yang anda lakukan kalau melihat anak anda bermain Playstation lebih dari belajar? Mungkin yang sering kita ucapkan pada mereka, “Woy… mati in tuh PS nya, ntar dimarahin loh sama papa kalo pulang kerja!” Atau kita ungkapkan dengan pernyataan lain, namun tetap dengan figur yang mungkin ditakuti oleh anak pada saat itu. Contoh pernyataan ancaman diatas adalah ketika yang ditakuti adalah figur Papa.


Perhatikanlah kalimat ancaman tersebut. Kita tidak sadar bahwa kita telah mengajarkan pada anak bahwa yang mampu untuk menghentikan mereka maen ps adalah bapaknya, artinya figure yang hanya ditakuti adalah sang bapak. Maka jangan heran kalau jika anak tidak mengindahkan perkataan kita karena kita tidak mampu menghentikan mereka maen ps.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Siapkanlah aturan main sebelum kita bicara; setelah siap, dekati anak, tatap matanya, dan katakan dengan nada serius bahwa kita ingin ia berhenti main sekarang atau berikan pilihan, misal “Sayang, Papa/Mama ingin kamu mandi. Kamu mau mandi sekarang atau lima menit lagi?” bila jawabannya “lima menit lagi Pa/Ma”. Kita jawab kembali, “Baik, kita sepakat setelah lima menit kamu mandi ya. Tapi jika tidak berhenti setelah lima menit, dengan terpaksa papa/mama akan simpan PS nya di lemari sampai lusa”. Nah, persis setelah lima menit, dekati si anak, tatap matanya dan katakan sudah lima menit, tanpa tawar menawar atau kompromi lagi. Jika sang anak tidak nurut, segera laksanakan konsekuensinya.

7. Papa dan Mama Tidak Kompak

Mendidik abak bukan hanya tanggung jawab para ibu atau bapak saja, tapi keduanya. Orang tua harus memiliki kata sepakat dalam mendidik anak2nya. Anak dapat dengan mudah menangkap rasa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi dirinya. Misal, seorang Ibu melarang anaknya menonton TV dan memintanya untuk mengerjakan PR, namun pada saat yang bersamaan, si bapak membela si anak dengan dalih tidak mengapa nonton TV terus agar anak tidak stress.


Jika hal ini terjadi, anak akan menilai ibunya jahat dan bapaknya baik, akibatnya setiap kali ibunya memberi perintah, ia akan mulai melawan dengan berlindung di balik pembelaan bapaknya. Demikian juga pada kasus sebaliknya. Oleh karena itu, orang tua harus kompak dalam mendidik anak. Di hadapan anak, jangan sampai berbeda pendapat untuk hal2 yang berhubungan langsung dengan persoalan mendidik anak. Pada saat salah satu dari kita sedang mendidik anak, maka pasangan kita harus mendukungnya. Contoh, ketika si Ibu mendidik anaknya untuk berlaku baik terhadap si Kakak, dan si Ayah mengatakan ,”Kakak juga sih yang mulai duluan buat gara2…”. Idealnya, si Ayah mendukung pernyataan, “Betul kata Mama, Dik. Kakak juga perlu kamu sayang dan hormati….”


8. Campur Tangan Kakek, Nenek, Tante, atau Pihak Lain

Pada saat kita sebagai orang tua sudah berusaha untuk kompak dan sepaham satu sama lain dalam mendidik anak-anak kita, tiba-tiba ada pihak ke-3 yang muncul dan cenderung membela si anak. Pihak ke-3 yang dimaksud seperti kakek, nenek, om, tante, atau pihak lain di luar keluarga inti.


Seperti pada kebiasaan ke-7 (Papa dan Mama tidak Kompak), dampak ke anak tetap negatif bila dalam satu rumah terdapat pihak di luar keluarga inti yang ikut mendidik pada saat keluarga inti mendidik; Anak akan cenderung berlindung di balik orang yang membelanya. Anak juga cenderung melawan orang tuanya.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Pastikan dan yakinkan kepada siapa pun yang tinggal di rumah kita untuk memiliki kesepakatan dalam mendidik dan tidak ikut campur pada saat proses pendidikan sedang dilakukan oleh kita sebagai orang tua si anak. Berikan pengertian sedemikian rupa dengan bahasa yang bisa diterima dengan baik oleh para pihak ke-3.

9. Menakuti Anak

Kebiasaan ini lazim dilakukan oleh para orang tua pada saat anak menangis dan berusaha untuk menenangkannya. Kita juga terbiasa mengancam anak untuk mengalihkan perhatiannya, “Awas ada Pak Satpam, ga boleh beli mainan itu!” Hasilnya memang anak sering kali berhenti merengek atau menangis, namun secara tidak sadar kita telah menanamkan rasa takut atau benci pada institusi atau pihak yang kita sebutkan.


Sebaiknya, berkatalah jujur dan berikan pengertian pada anak seperti kita memberi pengertian kepada orang dewasa karena sesungguhnya anak2 juga mampu berpikir dewasa. Jika anak tetap memaksa, katakanlah dengan penuh pengertian dan tataplah matanya, “Kamu boleh menangis, tapi Papa/Mama tetap tidak akan membelikan permen.” Biarkan anak kita yang memaksa tadi menangis hingga diam dengan sendirinya.




10. Ucapan dan Tindakan Tidak Sesuai

Berlaku konsisten mutlak diperlukan dalam mendidk anak. Konsisten merupakan keseuaian antara yang dinyatakan dan tidakan. Anak memiliki ingatan yang tajam terhadap suatu janji, dan ia sanga menghormati orang-orang yang menepati janji baik untuk beri hadiah atau janji untuk memberi sanksi. So, jangan pernah mengumbar janji ada anak dengan tujuan untuk merayunya, agar ia mengikuti permintaan kita seperti segera mandi, selalu belajar, tidak menonton televisi.

Pikirlah terlebih dahulu sebelum berjanji apakah kita benar-benar bisa memenuhi janji tersebut. Jika ada janji yang tidak bisa terpenuhi segeralah minta maaf, berikan alasan yang jujur dan minta dia untuk menentukan apa yang kita bisa lakukan bersama anak untuk mengganti janji itu.


11. Hadiah untuk Perilaku Buruk Anak

Acapkali kita tidak konsisten dengan pernyataan yang pernah kita nyatakan. Bila hal ini terjadi, tanpa kita sadari kita telah mengajari anak untuk melawan kita. Contoh klasik dan sering terjadi adalah pada saat kita bersama anak di tempat umum, anak merengek meminta sesuatu dan rengekennya menjadi teriakan dan ada gerak perlawanan. Anak terus mencari akal agar keinginnanya dikabulkan, bahkan seringkali membuat kita sebagai orang tua malu. Pada saat inilah kita seringkali luluh karena tidak sabar lagi dengan rengekan anak kita. Akhirnya kita mengiyakan keinginan si Anak. “Ya sudah;kamu ambil satu permennya. Satu saja ya!”


Pernyataan tersebut adalah sebagai hadiah bagi perilaku buruk si Anak. Anak akan mempelajarinya dna menerapkannya pada kesempatan lain bahkan mungkin dengan cara yang lebih heboh lagi.


Menghadapi kondisi seperti ini, tetaplah konsisten; tidak perlu malu atau takut dikatakan sebagai orang tua yang kikir atau tega. Orang beefikir demikian belum membaca buku tentang ini dan mengalami masalah yang sama dengan kita. Ingatlah selalu bahwa kita sedang mendidik anak, Sekali kite konsisten anak tak akan pernah mencobanya lagi. Tetaplah KONSISTEN dan pantang menyerah! Apapun alasannya, jangang pernah memberi hadiah pada perilaku buruk si anak.




12. Merasa Bersalah Karena Tidak Bisa Memberikan yang Terbaik

Kehidupan metropolitan telah memaksa sebagian besar orang tua banyak menghabiskan waktu di kantor dan di jalan raya daripada bersama anak. Terbatasnya waktu inilah yang menyebabkan banyak orang tua merasa bersalah atas situasi ini. Akibat dari perasaan bersalah ini, kita, para orang tua menyetujui perilaku buruk anaknya dengan ungkapan yang sering dilontarkan, “Biarlah dia seperti ini mungkin karena saya juga yang jarang bertemu dengannya…”


Semakin kita merasa bersalah terhadap keadaan, semakin banyak kita menyemai perilaku buruk anak kita. Semakin kita memaklumi perilaku buruk yang diperbuat anak, akan semakin sering ia melakukannya. Sebagian besar perilaku anak bermasalah yang pernah saya (penulis) hadapi banyak bersumber dari cara berpikir orang tuanya yang seperti ini.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Apa pun yang bisa kita berikan secara benar pada anak kita adalah hal yang terbaik. Kita tidak bisa membandingkan kondisi sosial ekonomi dan waktu kita dengan orang lain. Tiap keluarga memiliki masalah yang unik, tidak sama. Ada orang yang punya kelebihan pada sapek finansial tapi miskin waktu bertemu dengan anak, dan sebaliknya. Jangan pernah memaklumi hal yang tidak baik. Lakukanlah pendekatan kualitas jika kita hanya punya sedikit waktu; gunakan waktu yang minim itu untuk bisa berbagi rasa sepenuhnya antara sisa2 tenaga kita, memang tidak mudah. Tapi lakukanlah demi mereka dan keluarga kita, anak akan terbiasa.

13. Mudah menyerah dan pasrah

Setiap manusia memiliki watak yang berbeda-beda, ada yang lembut dan ada yang keras. Dominan flegmatis adalah ciri atak yang dimiliki oleh sebagian orang tua yang kurang tegas, mudah menyerah, selalu takut salah dan cenderung mengalah, pasrah. Konflik ini biasanya terjadi bila seorang yang flegmatis mempunyai anak yang berwatak keras.

Dalam kondisi kita sebagai orang tua yang tidak tegas dan mudah menyerah, si anak justru keras dan lebih tegas. Akibatnya dalam banyak hal, si anak jauh lebih dominan dan mengatur orang tuanya. Akibat lebih lanjut, orang tua sulit mengendalikan perilaku anaknya dan cenderung pasrah. Saya [penulis] sering mendengar ucapan dari para orang tua yang Dominan Flegmatis, “Duh… anak saya itu memang keras betul… saya sudah nggak sanggup lagi mengaturnya.” Atau “Biar sajalah apa maunya, saya sudah nggak sanggup lagi mendidiknya.”.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Belajarlah dan berusahalah dengan keras untuk menjadi lebih tegas dalam mengambil keputusan, tingkatkan watak keteguhan hati dan pantang menyerah. Jiak perlu ambil orang orang yang kita anggap tegas untuk jadi penasihat harian kita.

14. Marah Yang Berlebihan

Kita seringkali menyamakan antara mendidik dengan memarahi. Perlu untuk selalu diingat, memarahi adalah salah satu cara mendidik yang paling buruk. Pada saat memarahi anak, kita tidak sedang mendidik mereka, melainkan melampiaskan tumpukan kekesalan kita karena kita tidak bisa mengatasi masalah dengan baik. Marah juga seringkali hanya berupa upaya untuk melemparkan kesalahan pada pihak lain [dan biasanya yang lebih lemah, kalo ama yang lebih kuat ya takut].


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Jangan pernah bicara pada saat marah! Jadi tahanlah dengan cara yang nyaman untuk kita lakukan seperti masuk kamar mandi atau pergi menghindar sehingga amarah mereda. Yang perlu dilakukan adalah bicara “tegas” bukan bicara “keras”. Bicara yang tegas adalah dengan nada yang datar, dengan serius dan menatap wajah serta matanya dalam dalam. Bicara tegas adalah bicara pada saat pikiran kita rasional, sedangkan bicara keras adalah pada saat pikiran kita dikuasai emosi.

Satu contoh lagi yang kurang baik, pada saat marah biasanya kita emosi dan mengucapkan/melakukan hal hal yang kelak kita sesali, setelah ini terjadi, biasanya kita akan menyesal dan berusaha memperbaikinya dengan memberikan dispensasi atau membolehkan hal hal yang sebelumnya kita larang. Bila hal ini berlangsung berulang kali, maka anak kita akan selalu berusaha memancing amarah kita, yang ujung ujungnya si anak menikmati hasilnya. Anak yang sering dimarahi cenderung tidak jadi lebih baik kok.


15. Gengsi untuk Menyapa

Kita pasti pernah mengalami bahwa kita terlanjur marah besar pada anak, biasanya amarah terbawa lebih dari sehari, akibat dari rasa kesal yang masih tersisa dan rasa gengsi, kita enggan menyapa anak kita. Masing masing pihak menunggu untuk memulai kembali hubungan yang normal.


Apa yang harus kita lakukan agar komunikasi mencair kembali? Siapa yang seharusnya memulai? Kita sebagai orangtua lah yang seharusnya memulai saat anak mulai menunjukkan tanda tanda perdamaian dan mengikuti keinginan kita. Dengan cara ini kita dapat menunjukkan pada anak bahwa kita tidak suka pada sikap sang anak, bukan pada pribadinya.


16. Memaklumi yang tidak pada tempatnya

Ini biasanya terjadi pada kebanyakan orang tua konservatif. Misalnya melihat anak laki laki yang suka usil, nakal banget dan suka ngacak, orang tuanya cenderung mengatakan, “Yah… anak cowo emang harus bandel” atau saat melihat kakak adik lagi jambak jambakan, mamanya bilang “maklumlah… namanya juga anak anak”. Atau bahkan ketika si anak memukul teman atau mbaknya, orang tua masih juga sempat berkelit dengan mengatakan “ya begitu deh, maklumlah namanya juga anak anak. Nggak sengaja…”


Bila kita selalu memaklumi tindakan keliru yang dilakukan anak anak, otomatis si anak berpikir perilakunya sudah benar, dan akan jadi sangat buruk kalau terbawa sampai ke dewasa.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Kita tidak perlu memaklumi hal yang tidak perlu dimaklumi kok, kita harus mendidik setiap anak tanpa kecuali sesuai dengan sifat dasarnya. Setiap anak bisa dididik dengan tegas[ingat: bukan keras] sejak usia 2 tahun. Semakin dini usianya, semakin mudah untuk dikelola dan diajak kerja sama. Anak kita akan mau bekerja sama selama kita selalu mengajaknya dialog dari hati ke hati, tegas, dan konsisten. Ingat, tidak perlu menunggu hingga usianya beranjak dewasa, karena semakin bertambah usia, semakin tinggi tingkat kesulitan untuk mengubah perilaku buruknya.

17. Penggunaan istilah yang tidak jelas maksudnya

Seberapa sering kita sebagai orang tua mengungkapkan pernyataan seperti “Awas ya, kalau kamu mau diajak sama mama/papa, tidak boleh nakal!” atau, “awas ya, kalau nanti diajak sama mama/papa, jangan bikin malu mama”, bisa juga terungkap, “kalo mau jalan jalan ke taman bermain, jangan macam macam ya”.


Nah, tanpa disadari kita seringkali menggunakan istilah istilah yang sulit dimengerti ataupun bermakna ganda. Istilah ini akan membingungkan anak kita. dalam benak mereka bertanya apa yang dimaksud dengan nakal, tingkah laku apa yang termasuk dalam kategori nakal, begitu pula dengan istilah “jangan macam macam”, perilaku apa yang termasuk kategori “macam macam”. Selain bingung, mereka juga akan menebak nebak arti dari istilah istilah tersebut.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Bicaralah dengan jelas dan spesifik, misalnya “Sayang, kalau kamu mau ikut mama/papa, tidak boleh minta mainan, permen, dan tidak boleh berteriak teriak di kasir seperti kemarin ya”. Hal ini penting agar anak mengetahui batasan batasan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta jangan lupa menyepakati apa konsekuensinya bila kesepakatan ini dilanggar.

18. Mengharap perubahan instan

Kita terbiasa hidup dalam budaya yang serba instant, seperti mie instant, susu instant, teh instant. Sehingga kita anak berbuat salah, kita sering ingin sebuah perubahan yang instant pula, misal ketika biasa terlambat bangun, nggak beresin tempat tidur, sulit dimandikan, kita ingin agar anak kita berubah total dalan jangka waktu sehari.


Apabila kita sering memaksakan perubahan pada anak kita dalam waku singkat tanpa tahapan yang wajar, kemungkinan besar anak sulit memenuhinya. Dan ketika ia gagal dalam memenuhi keinginan kita, ia akan frustasi dan tidak yakin bisa melakukanannya lagi. Akibatnya ia memilih untuk melakukan perlawanan seperti banyak bikin alasan, acuh tak acuh, atau marah marah pada adiknya.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Jika kita mengharapkan perubahan kebiasaaan pada anak, berikanlah waktu untuk tahapan tahapan perubahan yang rasional untuk bisa dicapainya. Hindari target perubahan yang tidak mungkin bisa dicapainya. Bila mungkin, ajaklah ia untuk melakukan perubahan dari hal yang paling mudah. Biarkanlah ia memilih hal yang paling mudah menurutnya untuk diubah. Keberhasilannya untuk melakukan perubahan tersebut memotivasi anak untuk melakukan perubahan lainnya yang lebih sulit. Puji dan jika perlu rayakan keberhasilan yang dicapainya, sekecil dan sesederhana apapun perubahan itu. Hal ini untuk menunjukkan betapa seriusnya perhatian kita terhadap usaha yang telah dilakukannya. Pusatkan perhatian dan pujian kita pada usahanya, bukan pada hasilnya.

19. Pendengar yang buruk

Sebagian besar orang tua adalah pendengar yang buruk bagi anak anaknya. Benarkah? Bila ada suatu masalah yang terjadi pada anak, orang tua lebih suka menyela, langsung menasehati tanpa mau bertanya permasalahannya serta asal usul kejadiannya.


Sebagai contoh, anak kita baru saja pulang sekolah yang mestinya pulangnya siang, dia datang di sore hari. Kita tidak mendapat keterangan apapun darinya atas keterlambatan tersebut. Tentu saja kita kesal menunggu dan sekaligus khawatir. Lalu pada saat anak kita sampai dan masih lelah, kita langsung menyambutnya dengan serentetan pertanyaan dan omelan. Bahkan setiap kali anak hendak bicara, kita selalu memotongnya. Akibatnya ia amalah tidak mau bicara dan marah pada kita.

Bila kita tidak berusaha mendengarkan mereka, maka mereka pun akan bersikap seperti itu pada kita dan akan belajar mengabaikan kita.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Jika kita tidak menghendaki hal ini terjadi, maka mulai saat ini jadilah pendengar yang baik. Perhatikan setiap ucapannya. Ajukan pertanyaan pertanyaan untuk menunjukkan ketertarikan kita akan persoalan yang dihadapinya.

20. Selalu menuruti permintaan anak.

Apakah anak kita adalah anak semata wayang? Atau anak laki laki yang ditunggu tunggu dari beberapa anak perempuan kakak-kakaknya? Atau mungkin anak yang sudah bertahun tahun ditunggu tunggu? Fenomena ini seringkali menjadikan orang tua teramat sayang pada anaknya sehingga ia menerapkan pola asuh open bar, atau mo apa aja boleh atau dituruti.


Seperti Radja Ketjil, semakin hari tuntutannya semakin aneh dan kuat, jika ini sudah menjadi kebiasaan akan sulit sekali membendungnya. Anak yang dididik dengan cara ini akan menjadi anak yang super egois, tidak kenal toleransi, dan tidak bisa bersosialisasi.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Betapapun sayangnya kita pada anak, jangan lah pernah memberlakukan pola asuh seperti ini. Rasa sayang tidak harus di tunjukkan dengan menuruti segala kemauannya. Jika kita benar sayang, maka kita harus mengajarinya tentang nilai baik dan buruk, yang benar dan yang salah, yang boleh dan yang nggak. Jika tidak, rasa sayang kita akan membuat membuatnya jadi anak yang egois dan ‘semau gue’. Inilah yang dalam bahasa awam sering disebut anak manja.

21. Terlalu Banyak Larangan

Ini adalah kebalikan dari kebiasaan di atas. Bila Kita termasuk orang tua yang berkombinasi Melankolis dan Koleris, kita mesti berhati2 karena biasanya kombinasi ini menghasilkan jenis orang tua yang “Perfectionist”. Orang tua jenis ini cenderung ingin menjadikan anak kita seperti apa yang kita inginkan secara SEMPURNA, kita cenderung membentuk anak kita sesuai dengan keinginan kita; anak kita harus begini tidak boleh begitu; dilarang melakukan ini dan itu.


Pada saatnya anak tidak tahan lagi dengan cara kita. Ia pun akan melakukan perlawanan, baik dengan cara menyakiti diri (jika anak kita tipe sensitive) atau dengan perlawanan tersembunyi (jika anak kita tipe keras) atau dengan perang terbuka (jika anak kita tipe ekspresif keras). Oleh karena itu, kurangilah sifat perfeksionis kita, Berilah izin kepada anak untuk melakukan banyak hal yang baik dan positif. Berlatihlah untuk selalu berdialog agar kita bisa melihat dan memahami sudut pandang orang lain. Bangunlah situasi saling mempercayai antara anak dan kita. Kurangilah jumlah larangan yang berlebihan dengan meminta pertimbangan pada pasangan kita. Gunakan kesepakatan2 untuk memberikan batas yang lebih baik. Misal, kamu boleh keluar tapi jam 9 malam harus sudah tiba di rumah. Jika kemungkinan pulang terlambat, segera beri tahu Papa/Mama.


22. Terlalu Cepat Menyimpulkan

Ini adalah gejala lanjutan jika kita sebagai orang tua yang mempunyai kebiasaan menjadi pendengar yang buruk. Kita cenderung memotong pembicaraan pada saat anak kita sedang memberi penjelasan, dan segera menentukan kesimpulan akhir yang biasanya cenderung memojokkan anak kita. Padahal kesimpulan kita belum tentu benar, dan bahan seandainya benar, cara seperti ini akan menyakitkan hati anak kita.


Seperti contoh anak yang pulang terlambat. Pada saat anak kita pulag terlambat dan hendak menjelaskan penyebabnya, kita memotong pembicaraannya dengan ungkapan, “Sudah! Nggak pake banyak alesan.” Atau “Ah, Papa/Mama tahu, kamu pasti maen ke tempat itu lagi kan?!”.


Jika kita emlakukan kebiasaan ini terus menerus, anak akan berpikir kita adalah orang tua ST 001 [alias Sok Tau Nomor Satu], yang tidak mau memahami keadaan dan menyebalkan. Lalu mereka tidak mau bercerita atau berbicara lagi, dan akibat selanjutnya sang anak akan benar benar melakukan hal hal yang kita tuduhkan padanya. Ia tidak mau mendengarkan nasehat kita lagi, dan pada tahapan terburuk, dia akan pergi pada saat kita sedang berbicara padanya. Pernahkah anda mengalami hal ini?


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Jangan pernah memotong pembicaraan dan mengambil kesimpulan terlalu dini. Tak seorang pun yang suka bila pembicaraannya dipotong, apalagi ceritanya disimpulkan oleh orang lain.

Dengarkan, dengarkan, dan dengarkan sambil memberikan tanggapan positif dan antusias. Ada saatnya kita akan diminta bicara, tentunya setelah anak kita selesai dengan ceritanya. Bila anak sudah membuka pertanyaan, “menurut Papa/Mama bagaimana?” artinya ia sudah siap untuk mendengarkan penuturan atau komentar kita.


23. Mengungkit kesalahan masa lalu

Kebiasan menjadi pendengar yang buruk dan terlalu cepat menyimpulkan akan dilanjutkan dengan penutup yang tidak kalah menyakitkan hati anak kita, yakni dengan mengungkit ungkit catatan kesalahan yang pernah dibuat anak kita. Contohnya, “Tuh kan Papa/Mama bilang apa? Kamu tidak pernah mau dengerin sih, sekarang kejadian kan. Makanya dengerin kalau orang tua ngomong. Dasar kamu emang anak bodo sih.”


Kiat berharap dengan mengungkit kejadian masa lalu, anak akan belajar dari masalah. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, ia akan sakit hati dan berusaha mengulangi kesalahannya sebagai tindakan balasan dari sakit hatinya.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Jika kita tidak ingin anak berperilaku buruk lagi, jangan lah diungkit ungkit masa lalunya. Cukup dengan tatapan mata, jika perlu rangkullah ia. Ikutlah berempati sampai dia mengakui kesalahan dan kekeliruannya. Ucapkan pernyataan seperti “manusia itu tempatnya salah dan lupa, semoga ini menjadi pelajaran berharga buat kamu”, atau “Papa/mama bangga kamu bisa menemukan hikmah positif dari kejadian ini”. Jika ini yang kita lakukan, maka selanjutnya dia akan lebih mendengar nasehat kita. Coba dan buktikanlah!.

24. Suka Membandingkan

Hal yang paling menyebalkan adalah saat kita dibandingkan dengan orang lain. Bila kita sedang berada di suatu acara dan bertemu dengan orang yang berpakaian hampir sama atau berwarna sama, kita merasa tidak nyaman untuk berdekatan. Apalagi jiak disbanding bandingkan [FTR, saya tidak merasa seperti ini lho!]


Secara psikologis, kita sangat tdiak suka bila keberadaan kita baik secara fisik atau sifat sifat kita dibandingkan dengan orang lain. Coba ingat ingatlah pengalaman kita saat ada orang yang membandingkan kita, bagaimana perasaan kita saat itu?


Tetapi anehnya, kebanyakan orang tua entah kenapa justru sering melakukan hal ini pada anaknya. Misal membandingkan anak yang malas dengan yang rajin. Anak yang rapi dengan yang gedabrus. Anak yang cekatan dengan anak yang lamban. Terutama juga anak yang mendapat nilai tinggi di sekolah dengan anak yang nilainya rendah. Ungkapan yang sering terdengar biasanya seperti, “Coba kamu mau rajin belajar kayak adik mu, maka pasti nilai kamu tidak seperti ini!”.


Jika kita tetap melakukan kebiasaan ini, maka ada beberapa akibat yang langsung kita rasakan; anak kita makin tidak menukai kita. anak yang dibandingkan akan iri dan dengki dengan si pembanding. Anak pembanding akan merasa arogan dan tinggi hati.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Tiap manusia terlahir dengan karakter dan sifat yang unik. Maka jangan sekali kali membandingkan satu dengan yang lainnya. Catatlah perubahan perilaku masing masing anak. Jika ingin membandingkan, bandingkanlah dengan perilaku mereka di masa lalu, ataupun dengan nilai nilai ideal yang ingin mereka capai. Misalnya, “Eh, biasanya anak papa/mama suka merapikan tempat tidur, kenapa hari ini nggak ya?”

25. Paling benar dan paling tahu segalanya

Egosentris adalah masa alamiah yang terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Usia tersebut adalah masa ketika anak merasa paling benar dan memaksakan kehendaknya. Tapi entah mengapa ternyata sifat ini terbawa dan masih banyak dimiliki oleh para orang tua. Contoh ungkapan orang tua, “ah kamu ini anak bau kencur, tau apa kamu soal hidup.” Atau, “kamu tau nggak, kalo papa/mama ini sudah banyak makan asam garam kehidupan, jadi nggak pake kamu nasehatin papa/mama!”.


Jika kita memiliki kebiasaan semacam ini, maka kita membuat proses komunikasi dengan anak mengalami jalan buntu. Meskipun maksud kita adalah untuk menunjukkan superioritas kita di depan anak, tapi yang ditangkap anak adalah semacam kesombongan yang luar biasa, dan tentu saja tak seorang pun mau mendengarkan nasehat orang yang sombong.


Apa yang seharusnya kita lakukan?

Seringkali usia dijadikan acuan tentang banyaknya pengetahuan juga banyaknya pengalaman. Pada zaman dulu hal ini bisa jadi benar, namun untuk saat ini, kondisi itu tidak berlaku lagi. Siapa yang lebih banyak mendapatkan informasi dan mengikuti kegiatan kegiatan, maka dialah yang lebih banyak tahu dan berpengalaman.

Jadi janganlah merasa menjadi orang yang paling tahu, paling hebat, paling alim. Dengarkanlah setiap masukan yang datang dari anak kita.


26. Saling melempar tanggung jawab

Mendidik anak terutama menjadi tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu. Bila kedua belah pihak merasa kurang bertanggung jawab, maka proses pendidikan anak akan terasa timpang dan jauh dari berhasil. Celakanya lagi, bila orang tua sudah mulai merasakan dampak perlawanan dari anak anaknya, yang sering terjadi malah saling menyalahkan satu sama lain.


Pernyataan yang kerap muncul adalah, “kamu emang nggak becus ngedidik anak”, dan kemudian dibalas “enak aja lo ngomong begitu, nah kamu sendiri, selama ini kemana aja?!”. Jika cara ini yang dipertahankan di keluarga, akankah menyelesaikan masalah? Tunggu saja hasilnya, pasti orang tua lah yang akan menuai hasilnya, sang anak akan merasa perilaku buruknya adalah bukan karena kesalahannya, tapi karena ketidak becusan salah satu dari orang tuanya. Jelas anak kita akan merasa terbela dan semakin berperilaku buruk.


Apa yang seharusnya kita lakukan?

Hentikan saling menyalahkan. Ambillah tanggung jawab kita selaku orang tua secara berimbang.keberhasilan pendidikan ada di tangan orang tua. Pendidikan adalah kerja sama tim, da bukan individu. Jangan pakai alasan tidak ada waktu, semua orang sama sama memiliki waktu 24 jam sehari, jadi aturlah waktu kita dengan berbagai macam cara dan kompaklah selalu dengan pasangan kita.

Selalu lakukan introspeksi diri sebelum introspeksi orang lain.


27. Kakak harus selalu mengalah

Di negeri ini terdapat kebiasaan bahwa anak yang lebih tua harus selalu mengalah pada saudaranya yang lebih muda. Tampaknya hal itu sudah menjadi budaya. Tapi sebenarnya, adakah dasar logikanya dan dimana prinsip keadilannya?


Ada satu contoh nyata seperti berikut:


Ada seorang kakak beradik, kakak bernama Dita dan adik bernama Rafiq. Neneknya selaku pengasuh utama selalu memarahi Dita ketika Rafiq menangis. Tanpa mengetahui duduk persoalan serta siapa yang salah dan benar, si Nenek selalu membela si adik dan melimpahkan kesalahan pada kakaknya. “Kamu ini gimana sih? Sudah besar kok tidak mau mengalah ama adiknya.” Begitulah ucapan yang keluar dari mulut si Nenek. Terkadang dibumbui dengan cubitan pada kakaknya.


Apa yang terjadi selanjutnya? Dita menjadi anak yang tidak memiliki rasa percaya diri. Ia pun mulai membenci adiknya. Lama kelamaan Dita mulai banyak melawan atas ketidak adilan ini, dan yang terjadi kemudian adalah kedua bersaudara ini makin sering bertengkar. Sementara Rafiq yang selalu dibela bela menjadi makin egois dan makin berani menyakiti kakaknya, selalu merasa benar dan memberaontak. Sang nenek perlahan lahan menobatkan Radja Ketjil yang lalim di tengah keluarga ini.


Apa yang seharusnya kita lakukan?

Anak harus diajari untuk memahami nilai benar dan salah atas perbuatannya terlepas dari apakah dia lebih muda atau lebih tua. Nilai benar dan salah tidak mengenal konteks usia. Benar selalu benar dan salah selalu salah berapapun usia pelakunya.

Berlakulah adil. Ketahuilah informasi secara lengkap sebelum mengambil keputusan. Jelaskan nilai benar dan salah pada masing masing anak, buat aturan main yang jelas yang mudah dipahami oleh anak anak anda.


28. Menghukum secara fisik

Dalam kondisi emosi, kita cenderung sensitif oleh perilaku anak, dimulai dengan suara keras, dan kemudian meningkat menjadi tindakan fisik yang menyakiti anak.


Jika kita terbiasa dengan keadaan ini, kita telah mendidiknya menjadi anak yang kejam dan trengginas, suka menyakiti orang lain dan membangkang secara destruktif. Perhatikan jika mereka bergaul dengan teman sebayanya. Percaya atau tidak, anak akan meniru tindakan kita yang suka memukul. Anak yang suka memukul temannya pada umumnya adalah anak yang sering dipukuli di rumahnya.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Jangan pernah sekalipun menggunakan hukuman fisik kepada anak, mencubit, memukul, atau menampar bahkan ada juga yang pakai alat seperti cambuk, sabuk, rotan, atau sabetan.

Gunakanlah kata kata dan dialog, dan jika cara dialog tidak berhasil maka cobalah evaluasi diri kita. Temukanlah jenis kebiasaan yang keliru yang selama ini telah kita lakukan dan menyebabkan anak kita berperilaku seperti ini.


29. Menunda atau membatalkan hukuman

Kita semua tahu bahaya yang luar biasa dari merokok, mulai dari kanker, impotensi, sampai gangguan kehamilan dan janin. Tapi mengapa masih banyak yang tidak peduli dan tetap membandel untuk terus menjadi ahli hisap? Jelas karena akibat dari rokok itu terjadi kemudian dan bukan seketika itu juga.


Begitu juga dengan anak kita. Jika anda menjanjikan sebuah konsekuensi hukuman atau sanksi bila anak berperilaku buruk, jangan menunggu waktu yang terlalu lama, menunda, atau bahkan membatalkan karena alasan lupa atau kasihan.


Bila telah terjadi kesepakatan antara kita dan anak seperti tidak boleh minta minta dibelikan permen atau mainan dan ternyata anak mencoba coba untuk merengek, kita ingatkan kembali pada kepadanya tentang kesepakatan yang kita buat bersama. Anak biasanya akan berhenti merengek. Namun sayangnya kietika anak berhenti merengek , kita menganggap masalah susah selesai dan akhirnya kita menunda atau bahkan membatalkan hukuman entah karena lupa atau kasihan. Apa akibatnya? Anak akan mempunya anggapan bahwa kita hanya omong doang, maka mereka akan mempunya tendensi untuk melanggar kesepakatan karena hukuman tidak dilaksanakan.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Jila kita sudah mempunyai kesepakatan dan anak melanggarnya, maka sanksi harus dilaksanakan, jika kita kasihan, kita bisa mengurangi sanksinya, dan usahakan hukumanya jangan bersifat fisik, tapi seperti pengurangan bobot kesukaan mereka seperti jam bermain, menonton tv, ataupun bermain video game.

30. Terpancing Emosi

Jika ada keinginannya yang tidak terpenhi anak sering kali rewel atau merengak, menagis, berguling dsb, dengan tujuan memancing emosi kita yang apda kahirnya kita marah atau malah mengalah. Jika kita terpancing oleh emosi anak, anak akan merasa menang, dan merasa bisa megendalikan orang tuanya. Anak akan terus berusaha mengulanginya pada kesempatan lain dengan pancingan emosi yang lebih besar la gi.


Apa yang seharusnya kita lakukan?


Yang terbaik adalah diam, tidak bicara, dan tidak menanggapi. Jangan pedulikan ulah anak kita. Bila anak menangis katakan padanya bahwa tangisannya tidak akan mengubah keputusan kita. Bila anak tidak menangis tapi tetap berulah, kita katakan saja bahwa kita akan mempertimbangkan keputusan kita dengan catatan si anak tidak berulah lagi. Setelah pernyataan itu kita keluarkan, lakukan aksi diam. Cukup tatap dengan mata pada anak kita yang berulah, hingga ia berhenti berulah, Bila proses ini membutuhkan waktu lebih dari 30 menit tabahlah untuk melakukannya. Dalam proses ini kita jangan malu pada orang yang memperhatikan kita; dan jangan pula ada orang lain yang berusaha menolong anak kita yang sedang berulah tadi… SEKALI KITA BERHASIL MEMBUAT ANAK KITA MENGALAH, MAKA SELANJUTNYA DIA TIDAK AKAN MENGULANGI UNTUK YANG KEDUA KALINYA.




31. Menghukum Anak Saat Kita Marah

Hal yang perlu kita perhatikan dan selalu ingat adalah jangan pernah memberikan sanksi atau hukuman apa pun pada anak ketika emosi kita sedang memuncak. Pada saat emosi kita sedang tinggi, apa pun yang keluar dari mulut kita, baik dalam bentuk kata2 maupun hukuman akan cenderung menyakiti dan menghakimi dan tidak menjadikan anak lebih baik. Kejadin tersebut akan membekas meski ia telah beranjak dewasa. Anak juga bisa mendendam pada orang tuanya karena sering mendapatkan perlakuan di luar batas.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?


Bila kita sedang sangat marah segeralah menjauh dari anak. Pilihlah cara yang tepat untuk bisa menurunkan amarah kita dengan segera.

Saat marah kita cenderung memberikan hukuman yang seberat2ya pada anak kita, dan hanya akan menimbulkan perlawanan baru yang lebih kuat dari anak kita, sementara tujuan pemberian sanksi adalah untuk menyadarkan anak supaya ia memahami perilaku buruknya. Setelah emosi reda, barulah kita memberikan hukuman yang mendidik dan tepat dengan konteks kesalahan yang diperbuat. Ingat, prinsip hukuman adalah untuk mendidik bukan menyakiti. Pilihlah bentuk sanksi atau hukuman yang mengurangi aktivitas yang disukainya, seperti mengurangi waktu main game, atau bermain sepeda.

32. Mengejek

Orang tua yang biasa menggoda anaknya, seringkali secara tidak sadar telah membuat anak menjadi kesal. Dan ketika anak memohon kepada kita untuk tidak menggodanya, kita malah semakin senang telah berhasil membuatnya kesal atau malu. Hal ini akan membangun ketidaksukaan anak pada kita dan yang sering terjadi anak tidak menghargai kita lagi. Mengapa? Karena ia menganggap kita juga seperti teman2nya yang suka menggodanya,


Apa yang seharusnya kita lakukan?

Jika ingin bercanda dengan anak kita, pilihlan materi bercanda yang tidak membuatnya malu atau yang merendahkan dirinya. Akan jauh lebih baik jika seolah-olah kitalah yang jadi badut untuk ditertawakan. Anak kita tetap aka n menghormati kita sesudah acara canda selesai. Jagalah batas2 dan hindari bercanda yang bisa membuat anak kesal apalagi malu. Bagimana caranya? Lihat ekspresi anak kita. Apakah kesal dan meminta kita segera menghentikannya? Bila ya, segeralah hentikan dan jika perlu meminta maaflah ayas kejadian yang baru terjadi. Katakan bahwa kita tidak bermaksud merendahkannya dan kita berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

33. Menyindir

Terkadang karena saking marahnya orang tua sering mengungkapkannya dengan kata2 singkat yang pedas dengan maksud menyindir, seperti, “Tumben hari gini sudah pulang”, atau “Sering2 aja pulang malem!” atau”Memang kamu pikir Mama/Papa in satpam yang jaga pintu tiap malam?”.


Kebiasaan ini tidak akan membuat anak kita menyadari akan perilaku buruknya tapi malah sebaliknya akan mebuat ia semakin menjadi-jadi dan menjaga jarak dengan kita. Kita telah menyakiti hatinya dan membuatnya tidak ingin berkomunikasi dengan kita.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Katakanlah secara langsung apa yang kita inginkan dengan kalimat yang tidak menyinggung perasaan, memojokkan bahkan menyakiti hatinya. Katakan saja, “Sayang, Papa/Mama khawatir akan keselamatan kamu lho kalo kamu pulang terlalu malam”. Dan sejenisnya.

34. Memberi julukan yang buruk

Kebiasaan memberikan julukan yang buruk pada anak bisa mengakibatkan rasa rendah diri, tidak percaya diri/mimder, kebencian juga perlawanan. Adakalanya anak ingin membuktikan kehebatan julukan atau gelar tersebut pada orang tuanya.


Solusinya

Mengganti julukan buruk dengan yang baik, seperti, anak baik, anak hebat, anak bijaksana. Jika tidak bisa menemukannya cukup dengan panggil dengan nama kesukaannya saja.

35. Mengumpan Anak yang Rewel

Pada saat anak marah, merengek atau menangis, meminta sesuatu dengan memaksa, kita biasanya mengalihkan perhatiannya kepada hal atau barang lain. Hal ini dimaksudkan supaya anak tidak merengek lagi. Namun yang terjadi malah sebaliknya, rengekan anak semakin menjadi-jadi. Contohnya, anak menangis karena ia minta dibelikan mainan, Kemusian kita berusaha membuatnya diam dengan berusaha mengalihkan perhatiannya seperi, ” Tuh lihat tuh ada kakak pake baju warna apa tuh…”atau” Lihat ini lihat, gambar apa ya lucu banget?”


Ingatlah selalu, pada saat anak kita sedang fokus pada apa yang diinginkannya, ia akan memancing emosi kita dan emosinya sendiri akan menjadi sensitif. Anak kita pada umumnya adalah anak yang cerdas. ia tidak ingin diakihkan ke hal lain jika masalah ini belum ada kata sepakat penyelesaiannya. Semakin kita berusaha mengalihkan ke hal lain, semakin marah lah anak kita.


Apa yang sebaiknya dilakukan?


Selesaikan apa yang diinginkan oleh anak kita dengan membicarakannya dan membuat kesepakatan di tempat, jika kita belum sempat membuat kesepakatan di rumah. Katakan secara langsung apa yang kita inginkan terhadap permintaan anak tesebut, seperti “Papa/Mama belum bisa membelikan mainan itu saat ini. Jika kamu mau harus menabung lebih dahulu. Nanti Papa/Mama ajari cara menabung. Bila kamu terus merengak kita tidak jadi jalan-jalan dan langsung pulang.” Jika kalimat ini yang kita katakan dan anak kita tetap merengek, segeralah kita pulang meski urusan belanja belum selesai, Untuk urusan belanja kita masih bisa menundanya. Tapi jangan sekali-kali menunda dalam mendidik anak.




36. Televisi sebagai agen Pendidikan Anak

Perilaku anak terbentuk karena 4 hal: 
Berdasar kepada siapa yang lebih dulu mengajarkan kepadanya: kita atau TV? 
Oleh siapa yang dia percaya: apakah anak percaya pada kata2 kita atau ketepatan wakyu program2 TV? 
Oleh siapa yang meyampaikannya lebih menyenangkan: apakah kita menasehatinya dengan cara menyenangkan atau program2 TV yang lebih menyenangkan? 
Oleh siapa yang sering menemaninya: kita atau TV? 

Apa yang seharusnya kita lakukan? 
Bangun komunikasi dan kedekatan dengan mengevaluasi 4 hal tersebut yang menjadi faktor pembentuk perilaku anak kita. 
Menggantinya dengan kegiatan di rumah atau di luar rumah yang padat bagi anak2nya. 
Gantilah program TV dengan film2 pengetahuan yang lebih mendidik dan menantang mulai dari kartun hingga CD dalam bentuk permainan edukatif. 


37. Mengajari Anak untuk Membalas

Sebagian anak ada yang memiliki kecenderungan suka memukul dan sebagian lagi menjadi objek penderita dengan lebih banyak menerima pukulan dari rekan sebayanya. Sebagian orang tua biasanya tidak sabar melihat anak kita disakiti dan memprovokasi anak kita unutuk membalasnya. Hal ini secara tidak langsung mengajari anak balas dendam. Sebab pada saat itu emosi anak sedang sensitif dan apa yang kita ajarkan saat itu akan membekas. Jangan kaget bila anak kita sering membalas atau membalikkan apa yang kita sampaikan kepadanya.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?: 

Mengajarkan anak untuk menghindari teman-teman yang suka menyakiti. 
Menyampaikan pada orang tua yang bersangkutan bahwa anak kita sering mendapat perlakuan buruk dari anaknya. 
Ajaklah orang tua anak yang suka memukul untuk mengikuti program parenting baik di radio atau media lainnya. 



sumber : [toktokwow.com]