bilik27

handsomebee

bilik27

handsomebee

bilik27

handsomebee

bilik27

handsomebee

bilik27

handsomebee

Ini Alternatif Penggunaan kata “Jangan”



Orang tua sebaiknya menghindari penggunan kata jangan. Menurut para ahli kata “jangan” dapat membuat anak ragu melangkah.

Menurut Rudicahyo yang merupakan Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, ini alasan kenapa kata ‘JANGAN’ harus dihindari penggunaannya.


Simak penjelasan Alasan kata jangan harus dihindari lebih lanjut, Alasan Jangan pada anak

Jadi apa sebaiknya yang harus kita ucapkan? Berikut beberapa alternatifnya.

Tips Parenting agar Anak Tumbuh Jadi Sosok Tangguh dan ‘Tahan Banting’



Anak yang tangguh melihat kegagalan sebagai sebuah tantangan. Bantu anak agar ia menjadi individu yang optimis dan tak gampang menyerah. Seperti dikutif dari detikhealth.com Tips Parenting agar Anak Tumbuh Jadi Sosok ‘Tahan Banting’.


“Untuk menciptakan anak yang tangguh adalah dengan memberi kesempatan anak untuk belajar mengambil risiko. Orang tua sering kali tergoda mengambil peran anak karena mereka tidak mau anaknya sakit yang merupakan risiko dari apa yang dihadapinya,” ujar psikolog anak dan remaja, Ratuh Zulhaqqi.

Terlalu membatasi anak, memberikan target-target orang tua, dan mendidik anak dengan keras ala tiger mom, menurut Ratih bukanlah solusi untuk membentuk pribadi tangguh. Pun dengan orang tua yang terlalu memanjakan anak dengan memenuhi semua yang anak mau, ketangguhan tidak akan terpupuk.

“Anak jatuh nggak apa-apa. Jadi dia bisa merasakan sakit. Dia tahu itu risikonya, sehingga nantinya kalau lari-lari dia akan lebih berhati-hati. Jadi sebaiknya kembalikan kesempatan kepada anak untuk mengambil risiko. Jangan hanya di-support saat melakukan hal positif tapi ‘dibuang’ saat melakukan hal negatif,” lanjut perempuan yang juga jadi staf pengajar di Universitas Paramadina.

Psikolog anak dan keluarga, Roslina Verauli MPsi menambahkan daya tahan anak bisa dibangkitkan dengan menyentuh perasaan paling dasarnya, yakni perasaan bahwa dia dicintai dan disayangi oleh orang tuanya. Hal ini akan menumbuhkan kepercayaan diri.

“Lalu ditumbuhkan perasaan penghayatan diri yang positif. Jadi I am, I want, I can-nya semua positif. Misal menanamkan I am a good girl. Pastikan anak bisa melakukan hal-hal sederhana untuk dirinya sendiri. Misal di usia 6 tahun anak bisa belajar memakai baju sendiri,” ujar perempuan yang akrab disapa Vera ini.

“Jangan berlebihan, baju dipakaikan, sepatu dipakaikan, padahal anak sudah besar. Itu yang bikin anak lemah. Percayalah, anak bisa melakukan sesuatu di usianya,” imbuhnya.

Selain itu, jangan pula membandingkan anak dengan orang-orang di sekitarnya dan menekannya untuk selalu menjadi yang normor satu. Yang lebih baik adalah membandingkan anak dengan diri anak itu sendiri.

“Cobalah untuk mendorong melakukan yang terbaik dengan membandingkan diri anak hari ini dengan kemarin. Kita build dia. Kalau build dengan cara membandingka dengan orang lain, pasti sedihlah,” sambung Vera.

Agar anak Menjadi anak tangguh, seperti dikutif dari ayahbunda.com, berikut stimulasi-stimulasi yang sebaiknya di berikan:

Bersikaplah optimis dalam keseharian Anda. Orangtua adalah role model anak, dia akan mengamati dan meniru perilaku Anda. Jika Anda belum bisa menerima kondisi saat ini, usahakan untuk tidak berkeluh kesah di hadapan anak. Keluhan Anda atas gagalan atau rencana yang belum tercapai akan menular pada anak.

Ikut sertakan anak dalam kompetisi atau lomba. Persaingan salah satu pola perilaku masa kanak-kanak awal. Ketika Anda melihat balita suka berlomba minum susu dengan kakaknya atau saling membandingkan tinggi badan dengan para sepupu, itu tanda perkembangan psikologis balita sehat. Tugas Anda mengarahkan agar persaingan berlangsung sehat, tanpa campur tangan orang dewasa sehingga mendorong anak meningkatkan keterampilan dan daya juangnya.

Semangati anak untuk terus mencoba. Jelaskan bahwa kegagalan bukanlah kesalahan terbesar. Anak yang tabah dan pantang menyerah akan memahami bahwa sebuah keberhasilan akan diperoleh melalui usaha yang keras dan menganggap kegagalan sebagai sebuah tantangan. Katakan padanya, “Tidak apa-apa kamu tidak menang kali ini. Besok kita coba lagi. Siapa tahu kamu bisa menang!”

Biarkan anak berusaha sendiri, jangan selalu dibantu. Beri anak kesempatan untuk mengerahkan kemampuannya untuk memupuk rasa percaya diri dan mengasah kemandiriannya. Beri contoh di awal cara menyusun balok agar tidak mudah tumbang. Setelah itu Anda dapat mengawasinya dan memberinya semangat agar berhasil melakukannya sendiri.

Hargai usahanya, meski gagal. Jangan menuntut kesempurnaan anak tetapi perhatikan proses dan kemajuan anak. Anak yang selalu ‘diteropong’ kesalahannya takkan pernah berani melakukan sesuatu. Hindari komentar negatif, “Kan, sudah diajari berkali-kali. Kok masih belum bisa?” Sebaliknya katakan, “Wah, gambarmu sudah semakin bagus. Lain kali ikut lomba lagi yuk, siapa tahu kamu menang.”

Tidak menghina hasil karyanya, karena setiap anak ingin tahu bahwa usaha yang dilakukannya bermanfaat dan menimbulkan reaksi positif dari orang-orang di sekitarnya. Apapun hasil karya anak, dia membuatnya dengan tulus dan usaha maksimal. Gambar wajah Bunda dan Ayah meski tak mirip sama sekali, katakan saja, “Terima kasih, Bunda dan Ayah tampak cantik dan ganteng.”

Ajak anak untuk mengenali dan menerima keterbatasan sekaligus kelebihan dirinya. Misalnya, ia ingin naik sepeda roda dua yang besar dan tinggi seperti punya sang kakak. Biarkan ia mencoba sambil terus didampingi dan katakan bahwa nanti ada saatnya ia bisa mengendarai sepeda macam itu, tapi tidak saat ini. Beri pengertian dan alasan yang masuk akal untuk anak. Katakan bahwa tinggi badannya belum cukup untuk menjangkau pedal sepeda dan sepeda yang berukuran besar juga berat sehingga badannya yang kecil sulit mengimbanginya.

Beri contoh melakukannya bila ia menyerah ketika mencoba sesuatu. Ajari anak mengatasi rasa kecewanya dengan membiasakan anak mencari alternatif kegiatan atau pemecahan masalah yang dihadapi. Misalnya, ia tak berhasil menggambar tokoh Angry Bird favoritnya, ajarkan ia hingga berhasil. Tunjukkan cara menjiplak gambar yang dia inginkan, tapi selanjutnya ajarkan menggambar tanpa menjiplak. Kalau anak mengeluh nggak bisa, dukunglah anak dengan “Kamu bukan tidak bisa, tetapi belum mencoba. Ayo kita coba lagi bersama,” agar rasa percaya dirinya muncul kembali.



BY SAYANGIANAK · DECEMBER 5, 2014

Dampak Terlalu Banyak Melarang Anak



Sebagaian orang tua, melarang juga diartikan sebagai disiplin. Atau orang tua takut anaknya celaka karena terlalu bebas bereksplorasi dengan lingkungannya, akhirnya orang tua banyak melarang.

Terlalu banyak melarang anak juga tidak baik. Banyak orang tua melarang anak dengan memberikan kata jangan yang sebagiknya dihindari. Alasan harus mengindari kata jangan dan alternatifnya. Atau dengan cara menakut-nakuti anak, ini loh dampaknya menakut-nakuti anak.


Berikut ini dampak terlalu banyak melarang anak

Dampak banyak Melarang Usia 0-12 Bulan: Perkembangan Terganggu

Karena tidak dapat bereksplorasi dengan lingkungannya, perkembangan bayi terganggu baik secara fisik maupun mental. Si kecil meganggap lingkungannya tidak aman. Ia takut saat hendak berekplorasin dengan benda atau barang yang di ketahuinya.
Dampak banyak Melarang Usia 1-2 Tahun: Kurang Kreatif

Anak kesulitan mendapatkan jalan keluar karena sering dilarang. Satu-satinya yang bisa dilakukan adalah meminta bantuan orang dewasa. Ia juga akan melihat orang lain terlebih dahulu.

Dampak banyak Melarang Usia 3-5 Tahun: Kurang Inspiratif

Ia baru bergerak jika ada yang menyuruh atau memberi perintah, tak ada dorongan dari diri sendiri untuk bertindak. Kurang tekun dalam mengerjakan sesuyatu sehingga mudah berhenti sebelum selesai. Kemampuan belajar dari lingkungannya juga sangat kurang. Segenap potensi yang dimilikinya pun tak dapat tergali.

Dampak banyak Melarang Usia 6-8 Tahun: Tidak Percaya diri

Karena keterampilannya kurang, anak jadi tidak percaya diri. Ia tumbuh jadi pribadi penakut dan pasif; hanya mengekor teman-temannya, tak bebas menentukan nasibnya sendiri. Kadang ia

Dampak banyak melarang Usia 9-12 Tahun: Prestasi Akademik Rendah

beberapa kemampuan dan kelebihannya terkubur begitu saja karena ia tak mampu mengasah da menepanya. Ingat, belajar kadang melalui proses trial and error atau learning by doing. Nah bagaimana anak mau mencoba kalau banyak dilarang?

Kemampuan analisanya juga berkurang karena proses belajarnya tidak optimal. Begitupula dengan kemampuannya memecahkan masalah, ia sulit mencari alternatif terbaik dari aneka persoalan yang ada. Dampaknya, prestasi akademiknya rendah.