22 Januari 2013

Saya masih percaya kalau mati, rejeki dan jodoh itu sudah ditetapkan oleh Tuhan kita Yang Maha Kuasa. Tapi benarkah demikian? 

Dulu sih saya pikir memang demikian adanya, misalkan kalau saya putus dengan pacar, maka saya pasti berkeyakinan kalau itu bukan jodoh saya. Atau kalau saya sedang mengalami kegagalan dalam berbisnis - pun demikian pembenaran diri saya "itu bukan rejeki saya" (dan itu memang obat yang sangat ampuh untuk menenangkan hati).

Tapi benarkah demikian?

Jika memang benar demikian.....alangkah sempitnya kekuasaan Tuhan itu, bukan??
kok sempit????
Ya iyalah, wong tiap orang (pria maupun wanita) cuma dijatah satu jodoh pasangan hidup dari milyaran orang. Terbayangkan oleh saya, seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami.
Mengenai rejeki, bukankah ada kutipan kalau rejeki Tuhan itu Maha Luas??? kok rejeki yang saya dapat malah dibatasi?

Apakah Tuhan ingin menipu saya...???
Apakah Tuhan cuma membual??
Apakah Tuhan mempermainkan saya??
Apakah Tuhan itu....
Stop..stop..stop..!!!

Ada persepsi yang tidak pernah saya pahami disini sebelumnya.
Selama ini saya tidak sadar akan adanya "Hukum Pemantasan". 
Memang sejak awal saya sudah pastikan untuk mendapatkan tiga hal, yakni Mati, Rejeki dan, jodoh dan Jodoh dan rejeki yang dipastikan untuk saya ternyata tidak satu dan tidak terbatas.

KOK..........???

Iya, disinilah berlaku hukum kepantasan tersebut.
Tuhan sudah memutuskan dan menggolongkan jodoh dan rejeki ke dalam kelasnya masing-masing. Seperti halnya ketika saya sekolah dulu, ada kelas 1, kelas 2, kelas 3, dst.
Di masing-masing kelas tersebut sudah ada list nama untuk jodoh saya, dan ada list nominal untuk rejeki saya. Jadi, selama saya menjalani hidup dengan kualitas kelas 1. Maka jodoh dan rejeki saya adalah Kelas 1. Kemudian jika, selama saya menjalani hidup dengan kualitas kelas 2. Maka jodoh dan rejeki saya juga adalah Kelas 2. 
Sementara kelas yang dibuat oleh Tuhan saya itu sangat banyak dan bertingkat dari yang terendah sampai ke yang tertinggi.

Yang jadi pertanyaan saya sekarang adalah, sudah di kelas manakah saya sekarang??

Dari pengertian ini juga akhirnya saya dituntut untuk selalu tahu diri. Kalau selama ini saya hanya menjalani hidup dengan kualitas kelas 2, jelas tidak mungkin (sulit) untuk mendapatkan fasilitas (jodoh dan rejeki) kelas 1. dan sebaliknya. Jadi selalu interospeksi diri untuk melihat apakah saya sudah pantas mendapatkan itu jodoh atau rejeki? jika kelas saya masih dibawah. Ya tidak ada solusi lain, selain belajar untuk memperbaiki kualitas diri agar naik kelas dan pantas mendapatkan hal tersebut. 

Jadi, saya sekarang berusaha untuk tidak putus asa maupun kehilangan kolor celana dengan sebuah kegagalan tapi, saya justru harus belajar memperbaiki diri dari kegagalan tersebut.

Kesimpulannya untuk curahan hati hari ini adalah bahwa dimanapun saya sekarang berada, maka hal itulah yang akan saya dapatkan dari Tuhan sesuai dengan pantasnya saya, adil bukan?? Jadi kalau saya ingin mendapatkan lebih dari sekarang, maka mulai saat ini juga saya harus belajar untuk meningkatkan kualitas diri agar saya menjadi pantas untuk duduk di kelas yang jodoh dan rejeki nya memiliki kualitas terbaik.

oh iya, ini juga berlaku untuk kualitas mati.....hehhee...

0 komentar: