TUJUH KEBIASAAN MANUSIA YANG SANGAT EFEKTIF

“Saya tidak tahu fakta lain yang lebih membesarkan hati selain kemampuan manusia yang tidak diragukan untuk dapat meningkatkan kehidupannya melalui upaya yang didasarinya.”
“Apa yang ada di belakang kita dan apa yang ada di depan kita merupakan hal kecil dibanding dengan apa yang ada didalam kita“

“Hal-hal yang paling penting tidak pernah boleh berada di bawah kekuasaan hal-hal yang tidak penting”


Kata-kata diatas hanya beberapa kata-kata yang ada dalam buku karangan Stephen R Covey yang harus kita pahami benar-benar maknanya. Melaui pembaharuan dengan mempelajari tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif yang mengacu pada kemenangan pribadi dan kemenangn publik ini kita dapat mengoreksi pada diri kita sendiri, sudah adakah sifat-sifat tersebut dalam diri kita ? 

Berikut 7 kebiasaan tersebut :

KEBIASAAN SATU : JADILAH PROAKTIF

Proaktif adalah suatu sikap bertanggung jawab, dalam artian bahwa orang yang proaktif adalah orang yang bertanggung jawab atas segala perilakunya dan perbuatanya tanpa mengkambinghitamkan situasi atau mengkondisikan prilakunya. Seorang yang proaktif menyadari bahwa segala perbuatannya adalah hasil dari alam bawah sadarnya sehingga tidak ada alasan baginya untuk melemparkan hasil perbuatannya tersebut kepada apapun.

Sifat Proaktif adalah sikap sebagai subjek, bukan objek. Tindakan seorang yang proaktif tidak dipengaruhi oleh cuaca di sekitarnya, karena oarng yang proaktif akan mengatur cuacanya sendiri, bukan diatur oleh cuaca disekitarnya. Dengan sikap ini maka orang yang proaktif akan selalu menghasilkan suatu kerja yang berkualitas dalam kondisi apapun.

Banyak pendapat-pendapat yang mencerminkan sikap proaktif ini, misalnya :

Tak seorangpun dapat menyakiti anda tanpa persetujuan anda“ Elaenor Roosevelt

“Mereka tidak dapat merenggut harga diri kita jika kita tidak memberikannya kepada mereka“ Gandhi

“Saya menjadi saya yang hari ini karena pilihan yang saya buat kemarin”
Ketiga pendapat diatas memiliki inti yang sama, yaitu segala sesuatu yang terjadi terhadap diri kita adalah hasil dari perbuatan kita juga. Tidak akan terjadi sesuatu pada diri kita bila kita tidak mengijinkan hal itu terjadi. Contoh sederhana misalnya ketika kita terserang flu setelah kita kehujanan di hari kemarin. Bila kita seorang proaktif maka kita tidak akan menyalahkan hujan atas flu yang kita derita, tapi kita akan mengkoreksi diri kita sendiri mengapa kita mau kehujanan.

Orang yang proaktif adalah orang yang selalu optimis, percaya bahwa segala masalah pasti ada penyelasaiannya tanpa harus membuang-buang waktu mengutuk dan menyesali mengapa masalah tersebut bisa terjadi.

Seorang yang proaktif akan memiliki prinsip dan komitmen yang dipegang teguh dan ditepati dalam kehidupannya. Jadilah sinar, bukan hakim. Jadilah model, bukan kritikus. Jadilah bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah. Jangan berargumen untuk kelemahan orang lain, tapi lihatlah kelemahan orang lain tersebut dengan prihatin, bukan tuduhan. Jangan berargumen terhadap kelemahan diri sendiri, bila berbuat kesalahan akuilah, perbaikilah dan belajarlah dari kesalahan tersebut segera. 

KEBIASAAN DUA : MERUJUK PADA TUJUAN AKHIR

Betapa berbedanya kehidupan kita jika kita benar-benar mengetahui apa yang penting secara mendalam bagi kita, dan dengan gambaran tersebut di benak, kita mengelola diri kita sendiri tiap hari untuk menjadi dan mengerjakan apa yang benar-benar paling penting. Merujuk pada tujuan akhir berarti berarti kita memulai dengan pengertian yang jelas tentang tujuan kita, mengerti kemana kita akan pergi sehingga mengerti dimana kita sekarang berada dan dengan begitu kita dapat mengambil langkah-langkah yang selalu berada pada arah yang benar. 

Cara paling efektif untuk merujuk pada tujuan akhir adalah dengan mengembangkan pernyataan misi pribadi atau filosofi atau syahadat. Pernyataan ini berfokus pada ingin menjadi apakah kita dan apakah yang ingin kita lakukan serta nilai atau prinsip yang menjadi dasaruntuk menjadi atau melakukan sesuatu. Suatu pernyataan misi pribadi akan mencerminkan keunikan pada setiap orang yang menyatakannya. 

Berikut ini pernyataan misi pribadi Rolfe Kerr yang mungkin bisa menjadi masukan bagi kita .

Berhasilah di rumah terlebih dahulu
Cari dan layakkan diri untuk mendapatkan pertolongan Illahi
Jangan pernah berkompromi dengan kejujuran
Ingatlah pada orang-orang yang terlibat
Dengarlah kedua belah pihak sebelum memutuskan
Dapatkan nasehat dari orang lain
Belalah mereka yang tidak hadir
Tuluslah, tapi sekaligus tegas
Kembangkan satu keckapan baru setiap tahun
Rencanakan kerja untuk esok, hari ini
Desaklah sewaktu menunggu
Pertahankan sikap yang positif
Pertahankan rasa humor
Jadilah pribadi dan pekerja yang teratur
Jangan takut berbuat kesalahan, takuti hanya ketiadaan respon yang kreatif, konstruktif dan korektif terhadap kesalahan tersebut
Sokong keberhasilan bawahan
Dengarkanlah dua kali lebih banyak daripada berbicara
Berkonsentrasilah pada semua kemampuan dan usaha pada tugas yang dihadapi, jangan kawatir akan pekerjaan dan promosi berikutnya.


KEBIASAAN TIGA : DAHULUKAN YANG UTAMA

Hal-hal yang paling penting tidak pernah boleh berada di bawah kekuasaan hal-hal yang paling tidak penting” . Kata-kata Goethe inilah yang akan menjadi dasar pada kebiasaan kita yang ketiga ini. 

Inti kebiasaan ketiga ini adalah manajemen diri yang efektif. Tanpa adanya kebiasaan tiga ini pada diri kita, maka kebiasaan 1 dan 2 yang telah direncanakan untuk hari demi hari, saat demi saat akan sia-sia belaka. Selain kesadaran diri, imajinasi, dan sura hati, anugrah manusia yang keempat adalah kehendak bebas yang benar-benar memunginkan munculnya manajemen diri yang efektif. Kehendak bebas adalah kemampuan untuk mengambil keputusan dan membuat pilihan serta bertindak sesuai dengan keputusan dan pilihan tersebut. Kehendak bebsa adalah kemampuan untuk bertindak bukannya menjadi sasaran tindakan, untuk secara proaktif melaksanakan program yang telah kita kembangkan melalui ketiga anugrah yang lain. Manajemen berbeda dari kepimpinan. Kepimpinan merupakan aktifitas otak kanan yang tinggi. Kepemimpinan lebih merupakan seni, didasari oleh suatu filosofi tertentu. Manajemen efektif mendahulukan yang utama, sementara kepemimpinan memutuskan apa saja hal-hal yang utama tersebut.

Manjemen adalah disiplin dalam melaksanakannya. Disiplin berasal dari dalam yang merupakan suatu fungsi dari kehendak bebas kita. Pada kebiasaan ketiga ini kita dituntut untuk disiplin dalam manajemen waktu dan hidup. Sebenarnya manajemen waktu dapat ditangkap pada suatu kalimat “ organisir dan laksanakan menurut prioritas”. Kalimat ini menunjukan bahwa bagaimana cara terbaik dalam mengerjakan sesuatu merupakan fokus dari banyak variasi dan bahan. 

Dalam penentuan prioritas pada manajemen diri ini, kita haru bisa mentukan kapan harus mengatakan “ya” dan kapan harus mengatakan “tidak”. Sebuah “ya” yang membakar di dalam yang memungkinkan untuk mengatakan “tidak” pada hal-hal lain. Hal inipun juga memerlukan kehendak bebas, kekuatan untuk melakukan sesuatu ketika kita tidak ingin melakukannya, untuk menjadi fungsi dari nilai-nilai kitadan bukan fungsi dari impuls atau keinginan sesaat. Ia merupakan kekuatan untuk bertindak dengan integritas terhadap ciptaan pertama proaktifitas anda. Seperti halnya makna yang terkandung dalam kalimat berikut : “ Orang sukses mempunyai kebiasaan mengerjakan hal-hal yang tidak suka dikerjakan oleh orang-orang gagal, dan mereka belum tentu suka mengerjakannya. Namun ketidaksukaan mereka tunduk pada kekuatan tujuan mereka”. Penundukan ini merupakan suatu misi, sutu tujuan, suatu arah dan nilai dari kebiasaan dua.


KEBIASAAN KEEMPAT : BERPIKIR MENANG / MENANG

Menang / Menang, bukanlah sebuah teknik, melainkan sebuah filosofi total interaksi manusia. Sebenarnya ini merupakan salah satu dari enam paradigma interaksi. Paradigma alternatifnya adalah Menang/Kalah, Kalah/Menang, Kalah/Kalah, dan Menang/Menaang atau tidak sama sekali. 

Menang/Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari keuntungan bersama dalam sebuah interaksi manusia. Menang/Menang berarti bahwa kesepakatan atau solusi memberikann keuntungan dan kepuasan timbal balik. Dengan solusi Menang/Menang, semua pihak merasa senang dengan keputusannya dan merasa terikat dengan rencana tindakannya. Menang/Menang melihat kehidupan sebagai arena yang kooperatif, bukan kompetitif. Cara berpikir yang masih mengacu pada kuat dan lemah, menang dan kalah adalah cara berpikir yang cacat. Cara berpikir tersebut didasari oleh kekuasaan dan posisi, bukan prinsip. Prinsip Menang/Menang didasari bahwa keberhasilan seseorang tidak dicapai dengan mengorbankan atau menyingkirkan keberhasilan orang lain. Orang dengan mentalitas menang tidak harus menginginkan orang lain kalah, yang penting adalah mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang dengan mentalitas menang berpikir untuk mengamankan tujuannya sendiri, dan menyerahkan kepada orang lain untuk mengamankan tujuan mereka.

Berpikir Menang/Menang adalah kebiasaan kepemimpinan antar pribadi. Ia memerlukan latihan pada masing-masing anugrah manusia yang unik, yaitu kesadaran diri, imajinasi, suara hati dan kehendak bebas dalam hubungan kita dengan orang lain. Ia melibatkan usa belajar bersama dalam pengaruh timbal balik. Untuk menciptakan keuntungan bersama ini diperlukan keberanian sekaligus pertimbangan yang besar, karena itulah diperlukan prinsip kepimpinan antar pribadi. 

Prinsip Menang/Menang adalah dasar interaksi kita, dan ini meliputi lima dimensi kehidupan yang saling tergantung. Prnsip ini dimulai dengan karakter dan bergerak ke arah hubungan dan darinya mengalir kesepakatan.

Karakter adalah dasar dari prinsip Menang/Menang dan semua yang lain dibangun di atas dasar itu. Ada tiga ciri karakter yang esensial untuk paradigma Menang/Menang yaitu integritas, kematangan dan mentalitas kelimpahan

Dari dasar karakter, kita membangun dan memelihara hubungan Menang/Menang. Salah satu hungan tersebut adalah kepercayaan. Tanpa kepercayaan yang terbaik yang dapat kita lakukan cuma berkompromi, tanpa kepercayaan kita tidak memiliki kredibilitas untuk belajar dan komunikasiyang terbuka dan timbal balik serta kreativitas yang riil.


KEBIASAAN LIMA : BERUSAHA MENGERTI TERLEBIH DAHULU, BARU DIMENGERTI

Kebiasaan lima ini merupakan prinsip komunikasi empatik. “Berusaha mengerti terlebih dahulu” memerlukan paradigma yang sangat mendalam, karena kita biasanya berusaha lebih dahulu untuk dimengerti. Kebanyakan orang tidak mendengar dengan maksud untuk mengerti, tapi mereka mendengar untuk menjawab dengan menyaring segalanya dengan paradigma mereka sendiri dan membacakan autobiografi mereka ke dalam kehidupan orang lain.

Begitulah yang terjadi dengan banyak orang dimana kita dipenuhi dengan kebenaran kita sendiri, autobiografi kita sendiri. Kita ingin dimengerti sehingga percakapan kita menjadi monolog kolektif dan kita tidak pernah mengerti apa yang sebenarnya sedang berlangsung dalam diri orang lain.

Ketika orang lain berbicara, kita biasanya “mendengarkan” dalam salah satu dari empat tingkat. Kita mungkin mengabaikan orang tersebut dengan tidak benar-benar mendengarkan. Kita mungkin berpura-pura mendengarkan. Kita mungkin mendengarkan secara selektif dengan mendengar bagian-bagian tertentu saja, tau kita mendengar secara atentif dengan menaruh perhatian dan memfokuskan energi pada kata-kata yang diucapkan. Hal inilah yang disebut sebagai mendengar dengan empatik sebagai konsep komunikasi empatik.

Yang dimaksud mendengar secara empatiik adalah mendengar dengan maksud untuk mengerti atau berusaha terlebih dahulu untuk mengerti. Dengan mendengar secara empatik berarti kita masuk dalam kerangka acuan orang lain. Dengan memandang keluar melewati kerangka acuan itu maka kita melihat dunia dengan cara mereka melihat dunia sehingga kita mengerti paradigma dan persaaan mereka. Mendengarkan empatik memerlukan jauh lebih banyak dari hanya sekedar merekam, merenungkan, atau bahkan mengerti kata-kata yang diucapkan. Dalam mendengar empatik kita mendengar dengan telingan kita, namun yang lebih penting lagi adalah mendengarkan dengan mata hati kita dimana diperlukan perasaan dan makna.

Ketika kita mendengarkan secara emapatik, secara tidak langsung kita seolah-olah telah memberikan semacam udara psikologis kepada orang yang sedang kita dengarkan. Setelah kebutuhan vital tersebut terpenuhi, barulah kita dapat berfokus pada pemberian pengaruh atau pemecahan masalah.

Mendengar secara empatik membutuhkan waktu, tetapi tidak sebanyak waktu yang dibutuhkan untuk mundur dan memperbaiki kesalahpahaman dalam komunikasi. Seorang pendengar empatik yang cerdas akan cepat membaca apa yang sedang terjadi secara mendalam dan tepat, dan dapat memperlihatkan penerimaan dan pengertian sedemikian rupa sehingga orang merasa aman untuk membuka lapis demi lapis masalahnya.


KEBIASAAN ENAM : WUJUDKAN SINERGI 

Sinergi adalah intisari dari kepemimpinan yang berpusat pada prinsip. Sinergi adalah intisari dari keorangtuaaan yang berpusat pada prinsip. Sinergi berfungsi sebagai katalisator, menyatukan, dan melepaskan kekuatan terbesar dalam diri manusia. Sinergi didefinisika secara sederhana dimana dikatakan keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Ia berarti hubungan antar bagian dimana bagian-bagian itu merupakan bagian di dalam dan dari hubungan itu sendiri. Sinergi bukan merupakan suatu bagian belaka, melainkan bagian yang paling bersifat katalisator, paling memberdaya, paling menyatukan dan paling menyenangkan.

Ketika kita berkomunikasi secara sinergistik, kita benar-benar membuka pikiran, hati dan ekspresi kita kepada kemungkinan baru, alternatif baru, pilihan baru. Saat kita terlibat komunikasi sinergik kita tidak tahu pasti bagaimana segala sesuatunya akan terjadi dan bagaimana akhirnya akan terlihat, tapi kita akan percaya bahwa ini pasti akan lebih baik secara signifikan dibandingkan sebelumnya. Dan itu adalah tujuan akhir yang ada dalam pikiran kita.

Dalam komunikasi sinergis, menghargai perbedaan juga merupakan intisari dari sinergi. Perbedaan itu bisa saja perbedaan mental, emosional, psikologis dll. Kunci dalam menghargai perbedaan-perbedaan tersebut adalah menyadari bahwa setiap orang juga meihat dunia tidak sebagaimana adanya tapi sebagaimana mereka.

Orang yang benar-benar efektif mempunyai kerendahan hati dan rasa hormat untuk mengakui keterbatasan persepsinya sendiri dan menghargai sumber daya yang kaya yang tersedia melalui interaksi dengan hati dan pikiran manusia lain. Dengan menghargai perbedaan maka akan menambah pengetahuan dan pengertian tentang realitas. Jika kita tidak menghargai perbedaa pada persepsi kita, jika kita tidak saling menghargai dan memberikan kepercayaan kepada kemungkinan bahwa kita sama-sama benar, bahwa kehidupan tidak selalu dikotomi “yang ini/yang itu” bahwa selallu ada alternatif ketiga, kita tidak akan pernah dapat melebihi pengkondisian itu.

Orang-orang yang merasa tidak aman berpikir bahwa semua realitas harus sesuai dengan pradigma mereka. Mereka mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk membuat duplikat orang lain, untuk mencetak orang lain ke dalam paradigma mereka. Mereka tidak sadar bahwa kekuatan hubungan itu sendiri adalah dengan memiliki juga sudut pandang orang lain. Kesamaaan bukanlah kesatuan atau persatuan, adalah saling melengkapi, bukan kesamaan. Kesamaan tidak kreatif dan membosankan. Intisari sinergi adalah menghargai perbedaan.


KEBIASAAN TUJUH : ASAHLAH GERGAJI

Kebiasaan tujuh adalah kebiasaan pribadi, kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang kita miliki, yaitu diri kita sendiri. Kebiasaan ini memperbaharui keempat dimensi alamiah kita yaitu fisik, spiritual, mental, dan sosial/emosional.

Asahlah gergaji” pada dasarnya mengekspresikan keempat motifasi. Hal ini berarti menjalankan keempat dimensi sifat kita secara teratur dan konsisten dengan cara-cara yang bijaksana dan seimbang.

Proses pembaharuan diri harus mencakup pembaharuan yang seimbang pada keempat dimensi sifat kita : fisik, spiritual, mental, dan sosial/emosional. Pembaharuan yang seimbang akan sinergik secara maksimum. Hal-hal yang dikerjakan untuk mengasah gergaji pada dimensi apapun memiliki dampak positif pada dimensi-dimensi lain karena mereka berhubungan sangat erat satu sama lain. Kesehatan fisik anda mempengaruhi mempengaruhi kesehatan mental anda, kekuatan spiritual anda mempengaruhi kekuatan sosial/emosional anda. 

Tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif menciptakan sinergi optimum diantara dimensi-dimensi ini. Pembaharuan pada dimensi apapun meningkatkan kemampuan anda untuk menjalankan setidaknya salah satu dari tujuh kebiasaan tersebut.

Semakin proaktif anda (kebiasaan satu), semakin efektif anda dapat menjalankan kepemimpinan (kebiasaan 2) dan manajemen pribadi (kebiasaan 3) dalam hidup anda. Semakin efektif anda mengatur hidup anda, semakin banyak aktifitas pembaharuan kuadran II yang dapat anda kerjakan. Semakin anda berusaha untuk mengerti terlebih dahulu maka semakin efektif anda mengusahakan solusi menang/menang sinergik. Semakin anda memperbaiki kebiasaan apapun yang menghasilkan kemandirian semakin efektif anda nanti dalam situasi kesalingtergantungan. Dan pembaharuan adalah pembaharuan semua kebiasaan.




REFERENCE:
The 7 Habbits of Highly Effective People, Stephen R. Covey. Covey Leadership Center.





0 komentar: